Kalianda, Kompas -
Ketua Paguyuban Lima Marga Pesisir Lampung Selatan M Zahri, Sabtu (3/11), di Kalianda menyatakan, perdamaian harus terus diupayakan untuk merekatkan lagi ikatan sosial antarpihak yang bertikai. Rekonsiliasi harus dibangun dari bawah, dari tokoh adat, pemuda, dan tokoh masyarakat Desa Balinuraga, Sidoreno, dan Agom.
”Dialog di tingkat elite penting. Namun, saya menilai, sebenarnya mengupayakan dialog damai yang melibatkan tokoh-tokoh paling bawah, mereka yang terlibat pertikaian, itu hal terpenting dalam proses ini. Misalnya mulai dari tokoh di lingkungan RT, RW, kepala desa, dan camat. Saya belum melihat itu berjalan lagi,” ujar Zahri.
Pertikaian komunal pecah di Balinuraga dan Sidoreno, juga melibatkan warga Agom yang menewaskan 14 orang, pada Minggu dan Senin lalu. Ratusan rumah rusak dan dibakar. Kerugian ditaksir miliaran rupiah. Sekitar 2.000 orang harus mengungsi di Sekolah Polisi Negara di Bandar Lampung.
Upaya untuk mempertemukan tokoh-tokoh desa sempat dilakukan pada Selasa dan Rabu lalu di Kalianda. Prakarsa Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza, Kepala Polda Lampung Brigadir Jenderal (Pol) Jodie Rooseto, dan Komandan Korem 043 Garuda Hitam Kolonel CZI Amalsyah Tarmizi gagal mendamaikan para tokoh. Tokoh-tokoh Lampung Selatan menolak.
Sejak itu, upaya terus dicoba, antara lain, oleh Polri dan instansi pemerintah terkait. Menurut Zahri, tidak akan ada efeknya jika upaya damai itu tidak datang dari dan melibatkan tokoh pemuda, masyarakat dan tokoh agama, atau lembaga swadaya masyarakat desa di tiga desa yang bertikai itu, yakni Balinuraga, Agom, dan Sidoreno.
Kemarin juga digelar diskusi bertajuk ”Damailah Lampungku” di sebuah kafe dan restoran di Bandar Lampung. Hadir antara lain anggota Komisi III DPR, Aziz Syamsuddin, Tarmizi, tokoh Bali di Lampung, I Made Bagiase, dan beberapa tokoh Lampung lain.
Keinginan untuk kembali ke rumah semakin menyelimuti para pengungsi. Mereka memikirkan tempat tinggal, perabot rumah tangga, dan musim tanam yang sudah dimulai. Beban pikiran itu menyebabkan pengungsi menderita berbagai penyakit.
”Kami tak terbiasa menganggur. Di sini tidak ada yang kami kerjakan. Duduk-duduk saja dapat makan. Kami bosan,” ujar Sukarni (60), pengungsi.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika di Denpasar mengajak masyarakat di provinsi itu tidak terpancing isu atau provokasi yang mengarah tindakan anarkisme dalam menyikapi konflik antarwarga di Lampung Selatan. ”Kita semua prihatin dan solider, tetapi jangan terpancing isu atau tindakan anarkisme. Kita mendukung langkah-langkah perdamaian,” ujarnya.