JAKARTA, KOMPAS.com - Korupsi terus berdinamisasi dan beregenerasi. Tren mutakhir adalah banyaknya koruptor berusia di bawah 40 tahun. Sebagian di antara mereka ibu rumah tangga. Demikian disampaikan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas saat berpidato dalam rangkaian Hari Oeang yang Ke-66 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (31/10/2012).
”Korupsi sepanjang yang kami ikuti terus di kantor, dari data-data yang masuk, semakin masif. Sinerginya luar biasa, dahsyat. Mengalami proses dinamisasi, kaderisasi, dan regenerasi. Nama-nama seperti Nazaruddin (mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin), kalau boleh dikatakan sebagai simbol, belum ada 40 tahun,” kata Busyro.
Busyro sangat prihatin dengan situasi yang dihadapi Indonesia, dengan munculnya generasi koruptor baru, yang berusia dibawah 40 tahun. ”Ini mengenaskan, menyedihkan,” kata Busyro.
Nama-nama seperti Angelina Sondakh dan Neneng Sri Wahyuni, menurut Busyro, umurnya di bawah 40 tahun. Sisi lain yang menyedihkan adalah rumah tahanan KPK sebagian dihuni tersangka korupsi yang juga ibu-ibu rumah tangga.
Keluarga, menurut Busyro, semestinya menjadi basis kontrol paling utama dalam memberantas korupsi. Namun, tren yang muncul belakangan justru sebaliknya.
”Rumah tangga yang bukan sakinah, tetapi rumah tangga yang guyub dalam perkorupsian. Suami korupsi, istri mendirikan perusahaan untuk tempat pencucian uang, juga anaknya. Kita bisa bayangkan kalau keluarga-keluarga sejenis ini memimpin lembaga-lembaga negara, dijamin lembaga-lembaga negara itu akan rusak,” kata Busyro.
Korupsi, menurut Busyro, menimbulkan persoalan ketidakadilan sosial-struktural-sistemik. Korupsi juga menimbulkan pemiskinan secara masif-struktural dengan segala dampaknya, di antaranya rendahnya mutu akademik.Di sisi lain, Busyro mengatakan, korupsi mendorong laju pertumbuhan simbol-simbol konsumerisme. Hal itu misalnya menjamurnya mal-mal mewah di Jakarta. Sementara pada saat yang sama, konflik horizontal semakin marak akibat ketidakadilan yang dialami rakyat.(LAS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.