Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Tewas dalam Bentrokan Warga

Kompas.com - 29/10/2012, 03:28 WIB

Kalianda, Kompas - Tepat pada Hari Sumpah Pemuda, Minggu (28/10), bentrokan antarwarga yang beraroma suku, agama, ras, dan antar-golongan kembali terjadi di Lampung Selatan, Lampung. Tiga orang tewas dan belasan rumah rusak akibat kejadian ini.

Bentrokan itu melibatkan warga Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, dengan warga sejumlah desa di Kecamatan Kalianda. Tiga warga yang tewas berasal dari Kalianda, yaitu Marhadan (35), Jahiya Abdullah (30), dan Ali Solihin (35). Korban tewas terkena sabetan benda tajam. Enam warga lainnya terluka. Dalam tawuran itu, warga dari kedua pihak membawa berbagai senjata tajam, bambu runcing, dan senjata api rakitan.

Ribuan warga dari sejumlah desa di Kalianda mendatangi Balinuraga, yang mayoritas dihuni transmigran asal Bali, Minggu. Di tengah jalan, mereka dicegat warga Balinuraga sehingga bentrokan tak terhindarkan. Polisi tidak bisa mencegah bentrokan itu.

Hingga Minggu sore, situasi di Desa Balinuraga dan Desa Patok di Way Panji mencekam. ”Massa datang dari sejumlah daerah, bersamaan dengan polisi dan TNI. Jumlahnya ribuan. Warga serta aparat masih berjaga-jaga,” kata Camat Way Panji Hendra Jaya. Bentrokan antarwarga itu sebenarnya berlangsung sejak Sabtu.

Kepala Polda Lampung Brigadir Jenderal (Pol) Jodie Rooseto mengatakan, 500 polisi diturunkan ke lokasi bentrokan. Ratusan personel TNI pun dikerahkan untuk mengamankan lokasi.

Dipicu hal sepele

Pertikaian berdarah itu diduga dipicu hal sepele. ”Sebetulnya itu akibat kesalahpahaman yang bermula dari kecelakaan lalu lintas, Sabtu malam,” ujar Kepala Polres Lampung Selatan Ajun Komisaris Besar Tatar Nugroho.

Saat itu, dua pemudi dari Desa Agom, Kalianda, digoda sekelompok pemuda dari Balinuraga. Mereka terjatuh dari sepeda motor. ”Warga (Kalianda) marah karena mengira hal itu adalah bentuk pelecehan,” ujar Tatar.

Polisi memfasilitasi perdamaian dengan mengundang tokoh adat dari kedua pihak. Soal korban jiwa yang jatuh, Tatar mengatakan, ”Untuk pelakunya, nanti kami proses. Sekarang kami fokus ke perdamaian.” Bentrokan antaretnis di Lampung tercatat terjadi beberapa kali.

Hartoyo, sosiolog dari Universitas Lampung, mengatakan, kembali terjadinya konflik di Lampung Selatan itu akibat lemahnya antisipasi dini dari pemerintah dan aparat. Di kawasan itu seperti ada bara di dalam sekam, yang sewaktu-waktu bisa menyala menjadi bentrokan antarwarga. Persoalan sepele dapat menjadi pemicu. (jon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com