Namun, harapan tetap ada. Kejenuhan dan kegalauan masyarakat menghasilkan energi publik untuk mencari calon alternatif. Caranya, melibatkan para peneliti, pemerhati, dan akademisi sosial-politik melakukan identifikasi tokoh-tokoh yang dianggap mempunyai rekam jejak berkualitas dalam hal integritas, kompetensi, akseptabilitas, kepemimpinan, dan sebagainya. Kriteria itu tidak berbeda antara elite dan masyarakat pada umumnya. Namun, apabila hal itu dimunculkan dalam pilihan orang menjadi berbeda karena terdapat informasi yang asimetrik antara para pencermat itu dan masyarakat. Kelompok pertama lebih kaya informasi, sementara masyarakat lebih terbatas dan mendapatkan lebih banyak informasi dari pencitraan yang dilakukan oleh politisi.
Nama-nama yang ditangkap radar para pengamat tersebut kalau disusun secara alfabetis antara lain Agus Martowardojo, Anies Baswedan, Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Jokowi, Jusuf Kalla, Mahfud MD, dan Sri Mulyani Indrawati. Mereka kemudian dikenalkan melalui media untuk memperkenalkan pandangan dan strategi guna memecahkan berbagai masalah bangsa yang amat mendasar. Melalui berbagai kajian dan survei, mereka akan dapat diketahui tingkat elektabilitasnya. Selanjutnya, tokoh-tokoh tersebut ditawarkan kepada parpol untuk mendapatkan dukungan. Tentu saja minus transaksi politik yang oportunistik.
Rajutan harapan masyarakat terhadap kandidat pilihan rakyat ternyata dapat mengalahkan kekuasaan yang mapan. Reformasi politik akhir 1990-an membuktikan hal itu. Demikian pula kemenangan pasangan Jokowi-Basuki pada Pilkada DKI Jakarta adalah contoh mutakhir bagaimana dahsyatnya rajutan harapan publik. Oleh sebab itu, rakyat tidak boleh menyerah dan terjebak pada iming-iming dan politik pencitraan. Intinya, rakyat harus mempersiapkan kandidat yang dapat menjamin masa depannya. Terlebih kalau parpol dan pejabat publik yang dipilih rakyat telah abai terhadap tangisan rakyat.
J KristIadi Peneliti Senior CSIS
Berita-berita terkait dapat diikuti dalam topik "Survei-survei Jelang 2014"
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.