JAKARTA, KOMPAS.com — Masyarakat disebut masih tertarik kepada tokoh dengan latar belakang militer untuk memimpin pada 2014 . Alasannya, masyarakat membutuhkan tokoh dengan karakter tegas yang diasosiasikan berlatar belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI). Demikian disampaikan Direktur Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S Bakry saat menyampaikan hasil survei lembaganya, Senin (22/10/2012), di Jakarta. Survei ini digelar pada 10-24 September 2012 dengan sampel 1.230 responden yang tersebar di 33 provinsi.
Umar mengatakan, dari hasil survei, dua mantan perwira tinggi TNI berada di urutan teratas jika pemilu digelar saat ini, yakni Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (elektabilitas 20,1 persen) dan Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto (12 persen).
Adapun tokoh-tokoh sipil berada di bawah keduanya, yakni Jusuf Kalla (9,4 persen), Megawati Soekarno Putri (8,8 persen), Aburizal Bakrie (7,1 persen), Sri Sultan Hamengkubuwono X (6,3 persen), Mahfud MD (5,8 persen), Joko Widodo (4,7 persen), Surya Paloh (3,3 persen), Dahlan Iskan (2,6 persen), Hidayat Nur Wahid (1,7 persen), dan Hatta Radjasa (1,2 persen).
Tokoh lain adalah Sutiyoso (0,8 persen), Suryadarma Ali (0,6 persen), Kristiani Herawati (0,4 persen), Anas Urbaningrum (0,3 persen). Terakhir tokoh militer yang masih aktif yakni Pramono Edhie Wibowo (0,1 persen).
Umar mengatakan, publik cenderung tidak puas dengan kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebanyak 47,2 persen responden menilai, Yudhoyono kurang tegas dalam periode kedua kepemimpinannya. Akibat situasi kepemimpinan sekarang, kata dia, publik mendambakan sosok yang tegas.
"Sebanyak 56,8 persen responden mengaku suka dengan figur capres yang tegas," kata Umar.
Ketika ditanya mengapa elektabilitas Wiranto bisa berada di urutan teratas, padahal hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei menunjukkan elektabilitas Wiranto rendah, menurut Umar, kemungkinan hal itu terjadi akibat gencarnya publikasi Wiranto selama bulan Ramadhan.
"Prabowo dan Wiranto banyak menghiasi media selama puasa. Kalau kita survei lagi tiga bulan mendatang, hasilnya bisa saja berubah," ujar Umar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.