Jakarta, Kompas -
”Depresi sering tak terdeteksi,” kata Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan
Meski demikian, sebagian besar orang tak sadar dirinya mengalami depresi terselubung. Gejala umum yang sering ditunjukkan adalah penyakit fisik yang terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu dan tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan, seperti migrain tiap hari, mag terus-menerus, sulit tidur, dan masuk angin.
Riset Kesehatan Dasar 2007 menyebut, prevalensi nasional penderita gangguan mental emosional (cemas dan depresi) pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun mencapai 11,6 persen (sekitar 20 juta orang). Yang mengalami gangguan jiwa berat 0,46 persen (sekitar 1 juta jiwa).
Gangguan jiwa ini bisa terjadi pada siapa pun, dari bayi hingga orang lanjut usia (lansia). Perempuan umumnya lebih rentan depresi daripada pria. Meningkatnya berbagai penyakit kronik, seperti gangguan jantung, hipertensi, dan diabetes, pada lansia juga meningkatkan depresi.
”Berbagai penyakit fisik terkait dengan kesehatan jiwa,” kata M Riza Syah, Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Mengutip data World Health Report 2001, Riza menyebut depresi sebagai penyakit keempat penyebab hilangnya waktu produktif (
Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah penderita gangguan jiwa berat tertinggi di Indonesia. Prevalensi pada 2007 mencapai 2,03 persen (sekitar 150.000 orang).