Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidupi Gagasan Gus Dur

Kompas.com - 28/09/2012, 05:05 WIB

Jakarta, Kompas - Salah satu gagasan dan perjuangan KH Abdurrahman Wahid adalah penghargaan terhadap manusia, apa pun latar belakang agama, suku, kelompok, dan golongannya. Gagasan dan semangat ini penting terus dihidupkan untuk menjaga kebersamaan dalam kemajemukan.

Kesadaran ini menjadi semangat puncak acara peringatan 1.000 hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (27/9). Acara yang diisi Tahlil Akbar itu diikuti ribuan umat yang memadati halaman luas di dekat rumah Presiden keempat RI itu.

Tampil memberi sambutan istri almarhum Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid. Ceramah disampaikan mantan Menteri Agama KH Quraish Shihab. Hadir juga pengasuh Pesantren Raudhah al-Tholibin asal Rembang, Jawa Tengah, KH Mustofa Bisri.

Shinta mengatakan, Gus Dur memang telah wafat pada 30 Desember 2009, tetapi semangatnya tetap hidup. Ketabahan, keuletan, dan kesabarannya dapat menjadi semangat bagi para pejuang kemanusiaan. ”Kita tegakkan nilai-nilai pluralisme dan kemanusiaan sebagai perwujudan Islam sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta),” ujarnya.

Quraish Shihab mengingatkan, Gus Dur sangat menekankan pluralisme, yaitu mengakui dan menghormati keberagaman. Ini merupakan gagasan yang lahir dari pemikiran jauh ke depan. Meski demikian, sampai kini ada yang masih salah paham tentang ajaran pluralisme itu.

Gus Dur memiliki kepribadian unik dan tak mudah dipahami. Gus Dur sosok yang serius, tetapi suka bercanda, misalnya dengan ucapan ”begitu saja kok repot”. Gus Dur sangat rasional, tetapi percaya kekuatan suprarasional. Gus Dur seorang demokrat, senang bermusyawarah, tetapi terkesan otoriter karena kuatnya kepribadian dan cara mempertahankan pendapat.

Secara terpisah, dalam jumpa pers, Mustofa Bisri menyampaikan, Gus Dur telah memberikan keteladanan dalam kesederhanaan. Orang-orang sangat mencintai Gus Dur karena Gus Dur juga sangat mencintai mereka.

Di Jombang, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid mengatakan, peringatan seribu hari wafatnya Gus Dur selayaknya menjadi momentum keteladanan kepemimpinan terutama di bidang politik dan kekuasaan. ”Jangan kita terbawa pesimisme. Arus pesimisme, apatisme, dan skeptisme harus kita perangi,” kata Salahuddin, yang juga adik Gus Dur.

Menurut dia, teladan dari tokoh yang memberi inspirasi untuk melawan pesimisme di negeri ini saat ini ada, hanya kerap tidak dimunculkan. (IAM/LOK/TIF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com