Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dua Raja

Kompas.com - 14/09/2012, 20:17 WIB

Cerpen Ahlul Hukmi

Gelanggang pertempuran sudah terbentang. Warna-warna hitam dan putih jelas sekali terlihat dipandangan mata. Bunyi peringatan untuk segera memulai perang sudah pula terdengar jelas di telinga. Tiada lagi keraguan dan kebimbangan. Perang segera dimulai. Dalam pertempuran ini pasti ada yang menjadi pemenang dan menikmati kekalahan. Tak ada kata menang jadi arang dan kalah jadi abu sebab ini adalah perang untuk satu tujuan yaitu meraih kemenangan. Kawan atau lawan sudah terpetakan. Strategi, taktik dan jebakan silih berganti akan diperlihatkan. Ketiganya acap kali disembunyikan meski memperlihatkan gerakan dalam langkah dan diam.  Tiada warna-warni biru, hijau, kuning, merah, oranye, ungu dan abu-abu. Dalam pertempuran ini hanya ada putih dan hitam. Salah satu harus menjadi pemenang. Kalau tidak hitam pastilah putih. Jika tidak putih mestilah hitam. Tidak ada hitam putih menjadi pemenang dalam pertempuran ini.

Menteri mendapat titah dari Raja untuk segera mengirimkan seseorang mara ke medan pertempuran.
“Mara,” perintahnya.

Pion putih yang berada di depan Raja segera melangkah ke depan. Terlihat jelas oleh lawan ada peluang untuk menyerang Raja dalam beberapa langkah di pertempuran. Delapan pion yang berani mati tak pernah mundur dalam langkahnya patuh pada perintah Raja. Menjadi umpan, ditangkap dan mati terbunuh dalam gelanggang pertempuran ini adalah sebuah kewajiban. Pion adalah penerabas yang siap berkorban dan mara terus membuka jalan, mengentarkan barisan lawan dengan langkah-langkah yang tetap terus mara ke depan. Jika lawan lengah pion punya peluang besar untuk menyerang dan membuat langkah Raja Hitam terhenti dalam kekalahan.

Pion mendapat gulungan perintah spesial dari Raja Putih jika dalam pertempuran nanti Menteri, Benteng, Gajah dan  Kuda yang tertangkap atau mati terbunuh oleh lawan maka Pion harus siap menggantikan posisi salah satunya sesuai dengan situasi dan kondisi di gelanggang pertempuran. Pion mesti mara terus sehingga berada di wilayah terakhir lawan untuk dapat mewujudkan tugas dalam gulungan yang spesial itu. Waktu terus berlalu. Semuanya telah siap dan siaga. Delapan pion tetap berada di depan dan selalu mara ke depan. Tidak akan pernah mundur.

Dua Benteng kokoh terlihat angker menjaga Raja Putih dalam kesiapan. Tidak ada kata lengah dan lalai sebab lawan dapat datang dari depan, samping kanan, samping kiri dan belakang. Jika perintah Raja Putih dititahkan untuk mara melangkah sampai ke wilayah lawan maka segera hal itu dilaksanakan. Mara atau mundur tergantung titah Raja. Benteng adalah pertahanan utama Raja Putih agar tidak mudah mengalami pendadakan. Benteng ini sungguh luar biasa sebab menjadi pertahanan tanpa roket anti pesawat, roket anti tank, roket anti heli, meriam, senjata mesin otomatis dan kilatan periskop penembak jitu. Tiada ada kawat berduri, parit dalam dan medan ranjau di depannya.

Dua Kuda yang kuat dan terlatih telah pula dipersiapkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk membantu Gajah dan Pion-Pion yang mara. Acap kali pula mereka segera melesat mendahului Pion-Pion jika titah telah diterima.

Dua Gajah telah diperintahkan untuk segera mengiringi langkah mara ke depan oleh Raja Putih.
“Mara, mara, mara ke tengah barisan lawan,” seru Raja Putih.

Sigap dan siap kedua Gajah mara serong ke kanan dan kiri. Siapapun yang ada di kanan dan di kiri mesti berhati-hati sebab Raja Putih telah memberi perintah tumpas setiap lawan yang menghadang langkah mara ke hadapan sampai Raja Hitam kalah dan terhenti langkahnya.

Menteri sibuk mengatur dan menyampaikan perintah Raja Putih kepada Pion-Pion yang tak pernah mundur dan hanya berhenti jika diperintahkan. Perintah juga ditujukan untuk Kuda dan Gajah untuk mengiringi langkah-langkah barisan Pion yang berani mati dalam wilayah lawan. Sementara Benteng-Benteng telah mendapat mandat dari Raja Putih untuk melakukan gerakan khusus jika terlihat ada upaya-upaya pendadakan mengalahkan Raja Putih dalam gerakan-gerakan yang tidak terduga.

Pendadakan adalah serangan yang sangat berbahaya dan mematikan sebab metode ini memiliki potensi untuk mengancam Raja Putih. Benteng-Benteng, Gajah, Kuda, Pion-Pion dan Menteri sekalipun tak pernah dapat menduga serangan pihak lawan dari Raja Hitam yang telah mempersiapkan salah satu anggota barisannya untuk juga mara menuju Raja Putih. Raja Putih tidak kalah siasat dan menitahkan kepada Menteri untuk segera merekayasa sebuah gerakan memancing siapa-siapa saja yang memiliki potensi melakukan pendadakan yang diperintahkan oleh Raja Hitam.

“Berikan umpan, buka jalan, biarkan lawan melangkah, kenali pola gerakannya dan analisa kemungkinan taktiknya dalam pendadakan untuk menyerang, menyudutkan dan membunuhku,” titah Raja Putih kepada Menteri yang dipercayakannya untuk menjadi Panglima.

“Jika beta nanti terbunuh pastilah kita kalah sebab Beta adalah Raja Putih yang berkuasa di wilayah ini,” sambungnya.

Menteri memahami titah tersebut. “Siap Raja. Hamba laksanakan,” dia dengan sigap menjawabnya tanpa terlihat memperbaiki tanjaknya, posisi keris dan pedangnya. Ada apa agaknya ini. Ternyata Menteri ini memang tidak mengenakan tanjak dan tiada memiliki keris serta pedang. Menteri ini seperti macan tutul agaknya. Main cantik turun tunggal untuk menentukan sasaran dan targetnya sesuai perintah Raja Putih dalam titahnya. Mandat dalam titah digunakan untuk menyusun langkah-langkah agar barisan pasukan Raja Putih terus mara ke hadapan untuk menangkap dan mengalahkan Raja Hitam. Jika diperlukan Raja Hitam dibunuh agar barisan lawan terhenti langkahnya dalam pertempuran.

Ini adalah gelanggang pertempuran untuk merebutkan kemenangan tanpa bom, mesiu, senjata, pertumpahan darah dan korban nyawa lain yang tidak perlu. Tiga belas anggota barisan Raja Putih telah mulai mara sementara Raja Putih terlihat jelas dari posisinya dikawal dengan dua Benteng yang kokoh. Satu persatu Pion mara dan tiada sekali-sekali mundur. Jika terhenti itu adalah perintah dalam titah Raja Putih.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com