Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syiah (Tidak) Sesat

Kompas.com - 01/09/2012, 19:19 WIB

Oleh Edy M Ya'kub

"Syiah jangan membenci pecinta Abubakar Assiddiq dan sebaliknya non-Syiah juga jangan membenci pecinta Ali bin Abi Thalib, karena Nabi Muhammad SAW menggandeng keduanya untuk sama-sama masuk ke surga".

Ucapan itu diungkapkan ulama Baghdad Maulana Syech Afifuddin Abdul Qodir bin Mansyuruddin Aljailani Albaghdadi dalam silaturrahmi dan pengajian Hari Lahir ke-89 Nahdlatul Ulama (NU) di Gedung PWNU Jatim di Surabaya, 19 Juni 2012.

"Karena itu, kelompok Syiah dan non-Syiah hendaknya saling menebarkan cinta di antara mereka, karena Islam itu menyebarkan cinta, bukan kebencian," kata generasi ke-19 dari mursyid tarekat Qodiriyah, Syech Abdul Qodir Aljailani itu.

Hal itu menjawab pertanyaan seorang pengurus NU tentang Syiah yang menjadi "gunung es" di kalangan masyarakat, di antaranya Sampang, Bondowoso, Jember, Nganjuk, dan sebagainya, hingga "meledak" dalam konflik di Sampang pada 29-30 Desember 2011.

Agaknya, "gunung es" itu masih belum "mencair", terbukti konflik harus terulang di Sampang pada 26 Agustus 2012 dengan menewaskan seorang penganut Syiah di Sampang, yakni Muhammad Husin alias P. Hamamah (50), serta melukai penganut Syiah, Thohir (45), hingga dirawat di RSU Sampang karena kritis.

Selain menyerang dan melukai warga, kelompok penyerang juga membakar 37 rumah pengikut Syiah di dua desa, yaitu Desa Karang Gayam dan Desa Bluuran, Kecamatan Omben, Sampang, Madura.

Padahal, kata Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Nanat Fatah Natsir, hubungan kelompok Islam Sunni dan Syiah di tingkat internasional saat ini sudah "mencair" dan semakin membaik.

"Hubungan Sunni-Syiah internasional sudah ’mencair’. Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir juga sudah mengakui Syiah sebagai bagian dari Islam, karena itu saya yakin konflik di Sampang itu bukan konflik agama atau kepercayaan, tapi ada faktor lain," katanya di Jakarta (28/8).

Apa faktor lain itu ?! Agaknya, ada dua versi tentang faktor penyebab konflik Syiah di Sampang itu, namun kedua versi itu tidak bersinggungan langsung dengan substansi perbedaan Sunni-Syiah itu sendiri.

Versi pertama adalah konflik di Sampang itu merupakan konflik dari dua orang kakak-beradik, yakni Rois Alhukama dan Ustaz Tajul Muluk, yang kebetulan berbeda paham, namun keduanya melibatkan massa.

Ada yang bilang motifnya asmara, tapi motif paling kuat justru perbedaan paham itu. Awalnya, Rois dan Tajul Muluk sesungguhnya berasal dari keluarga Sunni, lalu keduanya beralih ke Syiah, tapi Rois akhirnya kembali ke Sunni.

Warga setempat tidak suka dengan Syiah, tapi Rois sering memosisikan diri sebagai pembela kakaknya terhadap warga dan sekaligus pengingat kakaknya tentang ketidaksukaan warga.

Versi kedua adalah munculnya provokasi kepada warga Sampang bahwa Syiah itu sesat, namun provokasi itu membonceng perbedaan paham antara Rois Alhukama dan Ustaz Tajul Muluk, karena warga setempat sejak awal memang tidak suka dengan Syiah, sehingga Rois dan Tajul pun "terbakar".

Manakah versi yang benar ?! Agaknya, faktor mana yang benar itu tidak terlalu penting, karena ada satu jawaban yang dapat menyelesaikan kedua faktor itu sekaligus, yakni jawaban dari pertanyaan, benarkah Syiah itu sesat?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com