Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Solusi Utuh untuk Kasus Sampang

Kompas.com - 30/08/2012, 22:58 WIB
Ilham Khoiri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Kekerasan terhadap kelompok Syiah di Kabupaten Sampang, Pulau Madura, Jawa Timur, harus ditangani dan dicarikan jalan keluar yang lebih utuh dan permanen. Selain menegakkan hukum atas para pelaku kekerasan, pemerintah juga perlu membangun dialog dan toleransi antarkelompok masyarakat yang berbeda pandangan keagamaan.

Pendapat itu disampaikan pengamat sosial keagamaan sekaligus Direktur Program Yayasan Wakaf Paramadina, Ihsan Ali-Fauzi, Kamis (30/8/2012) di Jakarta.

Penyerangan massa terhadap kelompok Syiah di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, dan Desa Bluuran, Kecamatan Parangpenang, Sampang, Minggu pagi, telah menewaskan dua warga, enam orang terluka, dan 37 rumah dibakar. Hingga kini, para korban penyerangan masih diungsikan di GOR Sampang.

Menurut Ihsan Ali-Fauzi, pemerintah perlu mengkaji akar masalah kekerasan terhadap kelompok Syiah dari beberapa faktor yang tumpang-tindih. Dari semula pertikaian keluarga, konflik itu berkembang dengan membawa ketegangan hubungan antara kelompok Sunni dan Syiah.

Pimpinan Syiah, Tajul Muluk, yang rumahnya dibakar pada Desember 2011 justru diadili dan dipenjara atas dakwaan penodaan agama dan pemahaman keagamaannya dianggap sesat. Penyesatan itu kemudian disebarkan kepada kelompok lain yang berkepentingan, termasuk politik pemilihan kepala daerah.

Penyerangan direncanakan, sementara aparat kemanan cenderung mengabaikan konflik ini. Ada kesan, negara tunduk kepada kemauan mayoritas. "Untuk mengatasi masalah ini, dalam jangka pendek, semua pengungsi harus dikembalikan ke tempat semula, penuhi segala kebutuhannya, dan jaga keamanannya. Tindak perilaku kriminal sekeras-kerasnya, dan beri sanksi adil dan tegas kepada aparat negara yang dinilai lalai," tuturnya.

Untuk mencegah kasus serupa tidak merembet ke daerah lain, pemerintah perlu memeriksa potensi konflik serupa di wilayah-wilayah lain. Ajak semua pemangku kepentingan berdialog sebelum konflik membesar.

Sesuai amanat konstitusi, negara harus menjamin kebebasan beragama dan berkepercayaan, bukan ikut satu pendapat aliran agama tertentu. "Dialog harus dibarengi penegakan hukum. Pendidikan toleransi perlu digalakkan dengan menekankan unsur multikulturalisme yang sudah ada sejak awal Indonesia berdiri," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

    Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

    Nasional
    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

    Nasional
    Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    Nasional
    Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

    Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

    Nasional
    Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

    Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

    Nasional
    KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

    KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

    Nasional
    Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

    Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

    Nasional
    Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

    Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

    Nasional
    Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

    Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

    Nasional
    Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

    Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

    Nasional
    KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

    KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

    Nasional
    Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

    Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

    Nasional
    Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

    Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

    Nasional
    Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

    Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

    Nasional
    PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

    PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com