Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2012, 17:01 WIB

KOMPAS.com - Semenjak dulu, Ambar Murtilina (38) memang bercita-cita menjadi pengusaha sukses. Tetapi semua itu baru terwujud setelah ia lulus kuliah dan bekerja di perusahaan swasta. Lina menimba ilmu di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 4 dengan Jurusan Tata Boga di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Setelah lulus sekolah, Lina -begitu perempuan ini disapa- melanjutkan ke Akademi Perhotelan di Universitas Sahid, Jakarta. Berbeda dengan teman-temannya, Lina tergolong mahasiswa yang tak betah berdiam diri. Waktu senggang kuliah ia pakai untuk bekerja di salah satu pasar swalayan sebagai tenaga marketing. Keluwesan dan ketekunan inilah yang membuat Lina cepat mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah.

Ia bekerja di perusahaan bakery ternama yang memproduksi donat. Namun begitu, ia merasa tidak betah. Pasalnya, perusahaan tersebut menempatkan Lina pada posisi marketing. “Padahal saya lebih suka di bagian produksi donat,” jelasnya.

Setahun kemudian Lina pun mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ia bertekad untuk memulai bisnis. “Yang terpikir saat itu hanyalah bisnis warung nasi,” jelasnya. Tanpa pikir panjang, Lina pun membuat warung nasi tak jauh dari rumahnya. Namun sayang, bisnis ini hanya bertahan enam bulan. Warung nasinya tutup dan ia pun merugi.

Lina tidak menyerah. Pada tahun 2009 ia mendapat kabar mengenai pelatihan cara pembuatan roti di UKMKU asuhan Wulan Ayodya. “Kebetulan saya memang suka dengan roti, dan saya ingin tahu bagaimana cara pembuatannya,” ceritanya.

Dari situlah kemudian Lina berpikir untuk membangun bisnis roti. Menurutnya, roti itu makanan yang disukai oleh semua orang, dari anak kecil sampai orang dewasa. “Tapi, bukan berarti membuat bisnis roti itu mudah. Apalagi saya merupakan pendatang baru yang harus bersaing dengan merek roti lainnya,” jelasnya.

Lina pun membuat pembeda di bisnisnya ini. Ia membuat roti tanpa bahan pengawet dan harga yang murah. “Karena setahu saya saat ini banyak roti yang menggunakan bahan pengawet, dan harganya mahal. Nah, saya ingin beda dari yang lain,” tuturnya.

Bisnis roti Lina resmi berdiri pada 4 Maret 2009 dengan modal Rp 100.000. Uang itu ia belikan untuk terigu dan aneka selai. “Ternyata uang Rp 100.000 itu bisa untuk membuat roti selama seminggu,” jelasnya.

Lina baru tahu ternyata membuat roti tidak memerlukan banyak terigu. Di hari pertama produksi misalnya, ia hanya menghabiskan 1 kg tepung. “Dari 1 kg tepung itu saya bisa membuat 45 buah roti,” ucapnya.

Terus berkembang
Setiap hari, produksi roti Lina semakin bertambah. Dari 1 kg per hari, terus bertambah hingga 10 kg per hari. Roti-roti yang sudah diproduksi ia kirim ke warung-warung terdekat untuk dijual. Di sinilah Lina kerap mendapatkan cobaan. Roti buatannya kerap ditolak. Apalagi ketika mendengar roti tersebut dibuat di rumah. “Hah, roti rumahan? Pasti aneh rasanya,” begitu kata orang-orang pada awal ia menitip jual roti.

Para pemilik warung selama ini juga sudah terbiasa dengan roti buatan pabrik. “Ketika mendengar roti rumahan mereka langsung (menganggapnya) aneh,” jelas Lina. Dari 15 warung yang didatangi olehnya, hanya lima warung yang bersedia dititipi roti. Padahal Lina sudah memberikan contoh roti untuk dicoba secara cuma-cuma. “Namun mereka tetap tidak mau,” katanya.

Lina tak mau putus asa. Ia tetap mencari warung-warung lain yang mau menerima roti buatannya. Dari 20 roti yang dititipkan di satu warung, hanya satu atau dua roti yang laku. Selebihnya si pemilik warung memulangkan roti-roti tersebut. Kondisi ini tak berjalan lama. Lina justru semakin bangkit dan terus memperbaiki kualitas rasa roti tersebut. Hasilnya sangat mengejutkan.

Roti-roti itu habis terjual. Sampai-sampai si pemilik warung meminta Lina untuk mengirimkan kembali roti-roti tersebut. Berhubung banyak permintaan, akhirnya warung-warung yang sempat menolak roti buatan Lina pun berubah pikiran. “Mereka segera menghubungi saya dan minta dikirim roti,” ceritanya sambil tersenyum.

Berhubung permintaan semakin tinggi, Lina pun mulai keteteran. “Setiap hari saya mendapat telepon bertubi-tubi, pesannya hanya satu: mereka minta dikirimi roti segera,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 2 Juni 1974 ini.

Mau tidak mau, Lina pun mengganti cara produksi roti tersebut. Ia mulai memproduksi dengan jumlah yang besar. Tak hanya itu, ia juga mengemas roti-roti itu dalam plastik bening agar terjaga kebersihannya. Setiap mengantar roti Lina akan bertanya kepada pemilik warung, apa saja kekurangan pada produknya. “Dari situ saya terus belajar dan belajar untuk menghasilkan roti yang lezat,” jelasnya.

Ia juga membuat inovasi dalam varian rasa roti. Tak hanya roti cokelat, kacang hijau, kelapa, dan stroberi, ia juga membuat roti piza. Roti berbentuk makanan khas Italia ini dibuat mungil. Rencananya ia akan memproduksi massal roti piza setelah Lebaran tahun ini.

“Awalnya coba-coba tapi ternyata peminatnya banyak,” tuturnya sabil tersenyum.

Tak hanya varian rasa yang akan dikembangkan oleh Lina, ia juga menargetkan distributor roti-roti buatannya. “Kalau bisa tahun ini 70 warung yang menjual roti buatan saya. Saya yakin pasti berhasil,” tutupnya.

(Fitri Hariyadiningsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Loyalitas Pelanggan Dongkrak Keberhasilan Bisnis Ritel

Loyalitas Pelanggan Dongkrak Keberhasilan Bisnis Ritel

Advertorial
Kerudung Kaffah, Sukses Berkat Hobi Padu Padan di Blog

Kerudung Kaffah, Sukses Berkat Hobi Padu Padan di Blog

Info Wirausaha
Bisnis Kue Lebaran yang Andalkan Citarasa

Bisnis Kue Lebaran yang Andalkan Citarasa

Info Wirausaha
Cara 'Internet Marketer' Hasilkan Miliaran Rupiah dari Bisnis 'Online'

Cara "Internet Marketer" Hasilkan Miliaran Rupiah dari Bisnis "Online"

Info Wirausaha
Peluang Bisnis Kue Lebaran Tren 'Mash-Up'

Peluang Bisnis Kue Lebaran Tren "Mash-Up"

Info Wirausaha
Kepercayaan Pelanggan Bisa Hilang karena Kesalahan 'Branding'

Kepercayaan Pelanggan Bisa Hilang karena Kesalahan "Branding"

Info Wirausaha
Kompetisi untuk Usaha Mikro Raih Apresiasi CMA

Kompetisi untuk Usaha Mikro Raih Apresiasi CMA

Info Wirausaha
”Toko Cantik” untuk Si Tubuh Besar

”Toko Cantik” untuk Si Tubuh Besar

Info Wirausaha
Jurus Jitu Kesuksesan Ina Cookies

Jurus Jitu Kesuksesan Ina Cookies

Info Wirausaha
Kunci Sukses Bisnis Butik Busana Muslim

Kunci Sukses Bisnis Butik Busana Muslim

Info Wirausaha
Biskuit Bercitarasa Eksotis, Khas Indonesia

Biskuit Bercitarasa Eksotis, Khas Indonesia

Info Wirausaha
5 Produk Indonesia yang Paling Diincar

5 Produk Indonesia yang Paling Diincar

Info Wirausaha
Menuai Laba dari Bisnis Musiman Mukena Bali

Menuai Laba dari Bisnis Musiman Mukena Bali

Info Wirausaha
Bisnis Fashion Berbekal Gaya Personal Alika

Bisnis Fashion Berbekal Gaya Personal Alika

Info Wirausaha
Andai Bisa Muda Lagi, Apa yang Anda Lakukan?

Andai Bisa Muda Lagi, Apa yang Anda Lakukan?

Info Wirausaha
Hadirkan Spa dengan Ragam Inovasi

Hadirkan Spa dengan Ragam Inovasi

Info Wirausaha
Perempuan Punya Potensi Besar dalam Inovasi

Perempuan Punya Potensi Besar dalam Inovasi

Info Wirausaha
Ibu dan Anak yang Sukses Berbisnis

Ibu dan Anak yang Sukses Berbisnis

Info Wirausaha
Wynda Mardio, Sukses Berbisnis Steak Wagyu Murah - Bagian II (Habis)

Wynda Mardio, Sukses Berbisnis Steak Wagyu Murah - Bagian II (Habis)

Info Wirausaha
Wynda Mardio, Sukses Berbisnis Steak Wagyu Murah - Bagian I

Wynda Mardio, Sukses Berbisnis Steak Wagyu Murah - Bagian I

Info Wirausaha
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com