Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GP Anshor: Pemerintah Tidak Perlu Akui Kejahatan 1965-1966

Kompas.com - 15/08/2012, 22:49 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Gerakan Pemuda Anshor (GP Anshor), Nusron Wahid, mengungkapkan bahwasannya pemerintah tidak perlu mengakui pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa lalu, khususnya tragedi kemanusiaan 1965-1966.

Peristiwa yang terjadi di masa perang dingin tersebut yang menelan banyak korban sehingga layak dicap sebagai pelanggaran HAM berat oleh Komnas HAM, menurutnya hanyalah bagian dari semangat zaman.

"Pemerintah tidak perlu mengakui pelanggaran HAM di tragedi 65. Apalagi berusaha mengungkap dalang dari tragedi itu. Tidak bisa, peristiwa itu kan zeitgeist (semangat zaman). Kita tak perlu mengungkit masa lalu lagi," ujar Nusron yang juga merupakan anggota Komisi XI DPR RI di kantor PBNU, Jakarta, Rabu (15/8/2012).

Dirinya mengungkapkan bahwa tragedi 1965-1966 adalah masalah ideologis. Kalau masalah tersebut diungkap, lanjutnya, maka keadaan Indonesia akan tidak kondusif. Dia menjelaskan agar permasalahan yang terjadi di masa lalu tidak selayaknya untuk diungkapkan pada masa sekarang.

Anshor, terangnya, tidak berusaha menyangkal sejarah, namun sejarah peristiwa 1965 jangan dirubah lagi karena hasil penyelidikan Komnas HAM.

"Kalau itu diungkap, kita mau membangun bangsa atau mengajak perang lagi sih? Saya kembali tegaskan, masalah 65 itu hanya akibat dari pergesekan elemen bangsa," tambahnya.

Dia menjelaskan, pihak PKI dan NU adalah korban dari perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Lembaga penegak hukum, tegasnya, lewat pengadilan ad hoc tidak dibutuhkan dalam menangani perkara pelanggaran HAM 1965-1966. Peristiwa tersebut hanya cukup dipandang sebagai pelajaran sejarah sehingga pemerintah sekarang tidak perlu mengakui peristiwa tersebut.

"Pengadilan ad hoc tidak perlu. Pelaku yang dituduhkan juga udah pada meninggal. Lebih baik kita melihat ke depan aja," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com