Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Kepemimpinan Politik

Kompas.com - 11/08/2012, 02:12 WIB

Kepemimpinan politik dalam demokrasi yang sehat harus berkelindan dengan kerja-kerja perubahan di akar rumput. Begitu juga perubahan di akar rumput harus berujung pada perubahan kepemimpinan politik untuk menjamin keberlangsungan dan keluasan dampaknya.

Pada level individu politisi, perubahan politik adalah dari tidak berkuasa jadi berkuasa. Pada skala sosial, perubahan itu mau mengubah masyarakatnya dari terbelakang menjadi maju, dari menderita menjadi sejahtera.

Pada momentum pemilu, masyarakat diminta memilih nama dan wajah. Sesekali ada tawaran ide, tetapi lebih sering tak ada. Hal ini terjadi karena pola perekrutan para calon wakil rakyat kerap tidak melewati proses kaderisasi ideologis.

Pada contoh perubahan yang berskala sosial lain ceritanya. Saya secara intens mendapatkan informasi kegiatan-kegiatan mereka. Salah satunya ketika saya berpartisipasi dalam Festival Jawa Kidul yang diikuti 200 desa se-Jawa selatan. Mereka sedang mengubah wajah desa-desa Indonesia dengan teknologi yang ramah lingkungan, dirintis oleh pemuda-pemuda kota berkolaborasi dengan pemuda desa dan kepala desa. Mereka berjuang untuk keadilan akses informasi melalui teknologi open source untuk membangun tertib pemerintahan desa.

Contoh yang lain: Gerakan Sejuta Data Budaya. Tanpa dana dari mana pun mereka sudah mengumpulkan sekitar 20.000 data budaya desa-desa Nusantara. Gerakan ini untuk mengantisipasi agar produk budaya Nusantara tak mudah diklaim pihak lain. Mereka juga menggunakan teknologi informasi dan geometri untuk mengidentifikasi kekerabatan ”genetis sosial” produk-produk budaya Nusantara.

Kehadiran mereka adalah untuk melengkapi jejak-jejak perubahan desa yang sudah terlebih dahulu hadir di Tanah Air dalam rupa perjuangan hak-hak keadilan agraria (reforma agraria) ataupun yang menuntut keadilan alokasi anggaran desa, khususnya lewat UU Desa. Kerja perubahan serupa juga bisa kita temui di wilayah-wilayah perburuhan.

Mereka mengubah kondisi lapangan desa atau pabrik tempat mereka bekerja. Mereka orang-orang lapangan dengan ide besar tentang Indonesia.

Sayangnya, kerja-kerja para pembuat perubahan di akar rumput ini tidak selalu lancar saat diterjemahkan menjadi perubahan dan kepemimpinan politik. Mereka kerap kalah saat mencoba menerjemahkan perubahan di akar rumput dan bersaing dengan pebisnis yang dengan logika bisnisnya memimpin politik partai dan negara.

Jika ini terus terjadi, kembali ke analogi sepak bola di atas, politik akan menyerupai transaksi antarbandar judi di lapangan hijau untuk menentukan apakah bola yang sudah di depan gawang itu perlu dijadikan gol atau tidak. Tak ada ide dan strategi avant garde ala tiqui taca atau total voetbaal politik yang lahir dari sana. Karena itu harus ada revolusi berpikir untuk menata perekrutan kepemimpinan politik kita jika Indonesia tak mau menjadi seperti tikus putih yang bergerak memutar-mutar kandang tanpa beranjak ke mana-mana.

Budiman Sudjatmiko Anggota DPR

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com