Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manisnya Rezeki dari Hidangan untuk Buka Puasa

Kompas.com - 03/08/2012, 11:24 WIB

KOMPAS.com - Tangan Mbok Kasih (55) bergerak menuangkan adonan cao atau cincau ke dalam panci cetakan. Di sebelahnya, seorang lelaki mengaduk adonan baru di atas tungku. Sementara itu, seorang perempuan lain menambahkan potongan kayu ke dalam tungku untuk menjaga nyala api.

Itulah sepenggal kesibukan di dapur produksi industri rumah tangga pembuat cincau. Makanan ini lazim digunakan sebagai bahan minuman dengan campuran santan dan gula kelapa. Enak juga diminum dengan sirup atau gula putih biasa.

Pada bulan puasa seperti ini, masyarakat Muslim menyuguhkan cincau sebagai hidangan untuk buka puasa. Tenggorokan terasa segar saat mulut meneguk es cincau sesaat setelah azan magrib berkumandang. Dahaga yang tertahan seharian pun hilang berganti kesejukan dan kenikmatan.

Manisnya es cincau itu sampai pula ke tangan produsen seperti Mbok Kasih. Jika pada hari biasa ia hanya memproduksi dua drum besar atau setara dengan 36 ember ukuran sedang, selama puasa produksinya mencapai 10 drum atau 180 ember.

Untuk memenuhi permintaan pasar yang melonjak 500 persen, industri rumahan di Desa Jatisari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, ini pun tiada henti produksi. Dimulai pukul 03.00, kegiatan produksi baru selesai pada pukul 17.00 atau menjelang buka puasa.

Selalu habis

Cincau produksi Kasih selalu habis diborong pembeli setiap hari. Selain pedagang makanan di sejumlah pasar tradisional di Madiun, Ponorogo, dan Magetan, pembeli juga berasal dari konsumen rumah tangga. Satu ember cincau ia jual Rp 10.000 atau naik Rp 1.000 dibandingkan dengan sebelum puasa.

”Rezekinya, ya, alhamdulillah, dari biasanya cuma Rp 360.000 per hari, sekarang jadi Rp 1,8 juta per hari. Karena itu, walaupun badan capek, tidak istirahat sama sekali, tetapi hati senang,” ujar Kasih, diiringi senyum yang mengembang.

Selain Kasih, Anshori (43), produsen sari kelapa, juga memanen rezeki di bulan puasa. Sari kelapa merupakan makanan fermentasi berbahan air kelapa atau disebut juga nata de coco. Industri yang beralamat di Desa Rejosari, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, ini kebanjiran pesanan.

”Kapasitas produksi saya maksimal hanya 4 ton per hari. Namun, permintaan saat ini mencapai 6 ton per hari. Ini sudah di luar kemampuan kami sehingga terpaksa menolak permintaan pasar,” katanya.

Anshori memulai usaha pembuatan nata de coco pada 2010. Ia nekat membongkar tabungannya Rp 100 juta sebagai modal usaha. Tak disangka, usaha yang digeluti berkembang pesat sehingga ia perlu dibantu oleh 20 pekerja harian.

Rata-rata setiap hari ia membutuhkan 30 drum air kelapa murni untuk menghasilkan sari kelapa. Anshori mengumpulkannya dari pedagang buah kelapa di pasar-pasar tradisional di Madiun dan sekitarnya. Setiap bulan ia mampu mendulang pendapatan hingga Rp 200 juta dari usaha ini.

”Pada bulan puasa ini pendapatan menjadi naik walaupun produksi tidak bertambah. Sebab, harga sari kelapa yang biasanya Rp 1.800 per kilogram naik menjadi Rp 2.000 per kilogram. Tambahan keuntungannya lumayan besar, tetapi apa boleh buat kami tak mampu menambah produksi,” tuturnya.

Dari Madiun, produk sari kelapa ini dipasarkan ke sejumlah pabrik di Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Di pabrik, sari kelapa diolah lagi sebelum dikemas dan dipasarkan ke konsumen. Pada pengolahan terakhir inilah biasanya sari kelapa akan diberi rasa supaya enak dinikmati.

Slurp... segernya cincau dan sari kelapa saat berbuka puasa memang menggoda. Namun, lebih menggoda kesegaran uang yang mengalir lewat usaha ini. Benar-benar rezeki untuk menyambut Lebaran. (Runik Sri Astuti)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com