Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jual "Barang Terlarang" di Olimpiade

Kompas.com - 31/07/2012, 21:11 WIB
Tabita Diela

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Tindakan tegas yang dilakukan oleh "polisi logo" pada merek dagang yang dihubungkan dengan Olimpiade tanpa memiliki izin sebagai sponsor resmi Olimpiade, membuktikan langkah penyelenggara ini lebih merupakan sebuah tantangan daripada sebuah hambatan bagi beberapa perusahaan yang berani mencoba melanggar batasan yang dimiliki oleh penyelenggara Olimpiade.

Penyelenggara Olimpiade London telah memberlakukan peraturan yang tegas untuk melindungi merek dagang resmi dan menghentikan serangan pemasaran. Namun, kini pihak penyelenggara Olimpiade dituduh "gila" karena memerintahkan toko-toko untuk tidak menjual sosis, bunga, dan roti bagel berbentuk cincin Olimpiade.

Bahkan, di dalam Olympic Park, para konsumen yang ingin membeli sushi tidak akan mendapatkan kecap atau wasabi di dalam kotak sushi milik sang penjual. Penjual tidak dapat menemukan kemasan kecap maupun wasabi yang tidak menampilkan logo merek dagangnya.

Beberapa kios makanan menjual coklat, permen karet, dan makanan ringan dari bawah meja. Mereka tidak dapat menampilkan "barang terlarang" yang mereka jual karena tidak diproduksi oleh perusahaan sponsor.

Di luar taman, beberapa berusahaan menemukan cara baru untuk memanfaatkan momentum Olimpiade tanpa harus melanggar hukum yang dibuat tahun 2006 untuk memperketat pengamanan pada sponsor Olimpiade dan denda sebesar 20.000 poundsterling atau sekitar Rp 297 juta ini.

Sebuah perusahaan kacamata mengejek pihak penyelenggara Olimpiade karena buruknya penglihatan mereka, sehingga menampilkan bendera yang salah. Sebuah perusahaan yang tidak berlisensi menawarkan potongan harga untuk orang-orang yang memiliki barang-barang yang bukan berasal dari sponsor resmi Olimpiade. Selain itu, ada perusahaan judi yang mengancam akan mengambil jalan hukum setelah diminta untuk menghapus iklannya.

Rupert Pratt, direktur agensi Generate, mengatakan bahwa aksi-aksi semacam ini akan menjadi patokan untuk apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh para pemegang merek dagang di sekitar peraturan Olimpiade.

"Olimpiade telah melakukan langkah yang luar biasa untuk menjaga sponsornya. Namun, pada kenyataannya, jika Anda melihat aturan tersebut, ada banyak hal yang dapat dilakukan," kata Pratt pada Reuters setelah seharian menonton diving di Olympic Park.

"Sejauh ini LOCOG melakukan hal yang cerdas dengan tidak ikut terseret dalam pertarungan publik dengan perusahaan yang mengejeknya. Namun, ini adalah ujian bagi lembaga ini."

Sebuah grup dari 11 perusahaan internasional yang menjadi sponsor untuk Olimpiade 2012 membayar hampir 1 milyar dollar untuk mendapatkan kesempatan memiliki merek dagang mereka dihubungkan dengan Olimpiade dan ring Olimpiade selama empat tahun. 700 juta poundsterling, atau sekita Rp 10,4 miliar telah dibayar oleh 42 sponsor lokal.

Di bawah peraturan untuk melindungi sponsor, logo-logo dari kompetitor telah dilarang berada di area pertandingan, iklan-iklan akan melanggar hukum di 'area pertandingan' sekitar arena. Selain itu, perusahaan yang tidak terkait dengan Olimpiade tidak diperbolehkan menggunakan gambar cincin Olimpiade, atau istilah "London 2012".

Namun, sebuah tim yang terdiri dari 250 pengacara dan penegak hukum ini, nampaknya telah mengecewakan para aktivis hak-hak sipil.

"Perhatian global telah mengarah ke Inggris, seharusnya kita menampilkan yang terbaik dari tradisi demokratis yang kita miliki - bukan mengadopsi tindakan yang jauh dari menjaga kebebasan dan keadilan," kata Sophia Farthing dari grup Liberty.

Percobaan yang dilakukan beberapa perusahaan untuk mencoba sejauh mana "polisi logo" ini bergerak telah meyakinkan bahwa isu ini masih menjadi perdebatan publik.

Perusahaan kacamata Specsavers menggunakan blunder diplomatis yang dilakukan oleh staff Olimpiade yang tertukar antara bendera Korea Selatan dan Korea Utara. "Seharusnya pergi ke Specsavers".

Selain itu, Oddbin juga telah meluncurkan kampanye marketing yang menawarkan diskon sebanyak 30 persen kepada pelanggan yang memiliki sederetan barang-barang non-sponsor Olimpiade, seperti sepatu Nike, kunci mobil Vauxhall, kartu kredir RBS Master Card, iPhone, tagihan dari British Gas, dan sebuah struk pembelian Pepsi dari KFC.

Juru bicara Paddy Power Ken Robinson mengatakan bahwa orang-orangnya telah bekerja keras untuk memastikan bahwa iklan yang mereka tampilkan tidak melanggar peraturan Olimpiade manapun.

"Saya rasa orang-orang ketakutan untuk melakukan sesuatu yang berpotensi dapat melanggar peraturan Olimpiade."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com