Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Priyo Budi Santoso Dilaporkan ke Badan Kehormatan DPR

Kompas.com - 26/07/2012, 15:34 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Priyo Budi Santoso terkait peristiwa kelam masa lalu dinilai tidak layak dan melukai keluarga korban. Bahkan, pernyataan Priyo dinilai telah melanggar kode etik profesi anggota Dewan.

"Beliau (Priyo) katakan tidak penting lagi mengungkit-ngungkit masa lalu. Menurut kami ini pernyataan yang tidak terhormat, komentar yang tidak patut," kata Haris Azhar Koordinator Kontras saat melaporkan Priyo ke Badan Kehormatan DPR di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (26/7/2012).

Laporan itu dibuat atas nama korban peristiwa 1965-1966, keluarga korban peristiwa Mei 1998, peristiwa semanggi 1999, peristiwa Talangsari 1989, dan peristiwa Tanjung Priok 1984 . Hadir beberapa perwakilan keluarga korban.

Sebelumnya, Priyo mengatakan, sebaiknya semua pihak tak lagi membuka sejarah kelam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang pernah terjadi di Indonesia. Menurut Priyo, membuka suatu peristiwa masa lalu akan membuat berbagai peristiwa lainnya ikut dibuka. Bahkan, peristiwa zaman Ken Arok akan diungkit.

"Itu tidak produktif. Membuka sejarah lama tak akan selesai. kita lihat saja ke depan. Saya khawatir kalau dibuka kembali akan menimbulkan reaksi yang tak enak," kata Priyo menyikapi kesimpulan Komnas HAM bahwa terjadi pelanggaran HAM berat dalam peristiwa 1965-1996 .

Haris mengatakan, seharusnya Priyo mengawasi agar penyelesaian berbagai pelanggaran HAM berat dituntaskan oleh penegak hukum. Pihaknya meminta kepada BK untuk mengusut apakah ada motif politik dari pernyataan Priyo itu.

"Kami khawatir latar belakang Priyo dari Partai Golkar, partai yang diuntungkan pada rezim orde baru takut kasusnya dibongkar. Ke depan harus kita pikirkan memberi punishment pada Partai Golkar agar jangan sampai kader-kadernya mengeluarkan pernyataan yang kontraproduktif," kata Haris.

Atas kritikan itu, Priyo meminta agar perbedaan pandangan itu jangan langsung disimpulkan bahwa dirinya anti kemanusiaan lantaran berada di Partai Golkar. Sebagai pimpinan Dewan, dirinya berhak untuk menyampaikan pandangan meskipun berbeda dengan pihak tertentu.

"Saya tetap pada pandangan peristiwa kelabu menjadi bagian dari masa lalu sejarah kita. Kita kan sudah mempunyai Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Saya tidak pernah menganjurkan Komnas HAM untuk mengungkit-ngungkit kembali luka lama karena itu tidak produktif. Kalau gini terus kita enggak akan selesai," kata Priyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com