Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Titik Api Turun

Kompas.com - 19/07/2012, 02:44 WIB

Palangkaraya, Kompas - Jumlah titik api di Kalimantan Tengah saat ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Meski demikian, instansi terkait tetap mewaspadai kemungkinan naiknya titik panas yang menjadi indikasi potensi bahaya kebakaran itu.

Demikian disampaikan petugas Bidang Deteksi Dini Manggala Agni Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng,

Andreas Dody, saat Apel Siaga Pengendalian Kebakaran Hutan, Lahan, dan Pekarangan Tahun 2012, di Palangkaraya, Rabu (18/7).

Menurut dia, hingga Juni 2012, jumlah titik api di Kalteng rata-rata 145 titik per bulan. Periode yang sama tahun 2011 terdapat 166 titik per bulan. Bahkan, selama Juli hanya 48 titik dibandingkan periode yang sama tahun 2011 mencapai 120 titik. ”Sekarang hujan masih sering turun meski Kalteng sudah memasuki kemarau,” ujarnya.

Meski demikian, peningkatan titik api bisa terjadi pada bulan-bulan mendatang. Alasannya, puncak kemarau bakal terjadi pada September-Oktober 2012. ”Jadi, instansi terkait sudah siap jika status dinaikkan menjadi siaga satu pada Juli ini,” jelas Dody.

Wakil Gubernur Kalteng Achmad Diran mengatakan, bupati dan wali kota di Kalteng diminta bertanggung jawab atas kondisi di daerah masing-masing. ”Perintahkan camat, lurah, dan kepala desa untuk bersama-sama mengoptimalkan upaya pencegahan kebakaran,” tegasnya.

Diran juga meminta Polda Kalteng dan Korem 102/Panju Panjung untuk memantau perusahaan perkebunan yang membakar lahan. Pembakaran untuk membuka lahan perkebunan. Cara itu mudah dilakukan, tetapi sangat berisiko menimbulkan kebakaran. ”Mereka yang membakar lahan saya minta diproses hukum. Meski satu atau dua hektar, lahan tidak boleh dibakar. Itu pelanggaran dan pelakunya harus diperiksa,” ujar Diran.

Gunung Merbabu

Sementara itu, vegetasi berupa rumput ilalang dan semak-semak pada areal seluas 500 hektar di kawasan puncak Gunung Merbabu, Jawa Tengah, kini mengering. Areal itu menjadi daerah rawan kebakaran pada musim kemarau.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Wisnu Wibowo mengatakan, areal seluas 500 hektar adalah sisa kebakaran tahun 2011. Bahaya kebakaran tidak bisa diminimalkan dengan cara menanam pohon karena kondisi tanah di areal itu berbatu-batu.

Saat ini, sedikitnya 82 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, mengalami kekeringan. Sebagian besar areal persawahan dibiarkan tanpa tanaman dan warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Sejumlah telaga menyusut. Bahkan, di Bojonegoro, 49 desa di 17 kecamatan juga krisis air bersih.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik Iwan Lukito, Selasa (17/7), menyatakan, kekeringan terparah terjadi di Kecamatan Benjeng, Cerme, Kedamean, dan Duduksampeyan. Pengiriman pasokan air bersih menunggu laporan dan permintaan dari warga melalui kepala desa yang diteruskan ke camat setempat. ”Suplai air bersih dengan mobil tangki khusus untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Di Bojonegoro, wilayah rawan air bersih adalah Kecamatan Kepohbaru, Ngraho, Sukosewu, Tambakrejo, Ngambon, Kedungadem, Kanor, Temayang, Bubulan, Sumberrejo, Purwosari, Kedewan, Malo, Kedewan, Sugihwaras, Ngasem, Kasiman, dan Sekar. ”Kami sudah kirim sembilan tandon air ke wilayah itu,” kata Kepala BPBD Bojonegoro Kasiyanto. (BAY/EGI/ACI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com