Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF dan Malapraktik Diplomasi

Kompas.com - 17/07/2012, 02:25 WIB

Data dari UNDP, yang dikonfirmasi pemerintah melalui Badan Pusat Statistik, menemukan masih besarnya angka kemiskinan dan pengangguran. Penduduk miskin di Indonesia per Maret 2012 masih tercatat 29,13 juta jiwa atau 11,96 persen, angka pengangguran 8,12 juta dari 119,4 juta angkatan kerja.

Tak signifikan

Sumbangan kepada IMF, entah dalam bentuk utang atau hibah, sebenarnya juga tak berdampak signifikan. IMF, kata Direktur Pelaksana Christine Lagarde, membutuhkan dana 430 miliar dollar AS, sementara Indonesia hanya akan menyumbang 1 miliar dollar AS.

Akan tetapi, apabila dana Rp 9,4 triliun itu dialokasikan untuk kepentingan rakyat, tentu banyak manfaat yang bisa didapatkan. Sebutlah seperti untuk pembangunan sarana pendidikan, infrastruktur seperti jalan dan jembatan, bantuan modal bagi pengusaha mikro, atau bantuan kepada petani yang selama ini tercekik oleh kebijakan impor ragam hortikultura.

Indonesia bisa saja menuai nilai diplomasi yang signifikan, mengungkit derajat di mata IMF dan negara-negara yang sedang butuh uluran tangan dengan pengorbanan kecil. Namun, di sisi lain, keputusan itu sangat mencederai rasa keadilan dan nurani rakyat.

Apalagi bila anggaran untuk itu diambil dari cadangan devisa di Bank Indonesia. Padahal, posisi cadangan devisa kita menunjukkan tanda kuning. Sampai akhir Mei 2012 turun sebesar 4,9 miliar dollar AS menjadi 111,5 miliar dollar AS dari sebelumnya pada bulan April tercatat 116,4 miliar dollar AS.

Belum lagi beban pembayaran utang yang angkanya terus membengkak. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang pada Kementerian Keuangan, per Mei 2012, menunjukkan total utang Pemerintah Indonesia mencapai Rp 1.944,14 triliun. Ini artinya naik Rp 140,65 triliun dari posisi di akhir 2011 yang mencapai Rp 1.803,49 triliun.

Hal lain yang patut diantisipasi, volatilitas nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga level Rp 9.500 per dollar AS sewaktu- waktu membutuhkan intervensi Bank Indonesia untuk menjaga likuiditas pasar, tentu harus pula diantisipasi melalui cadangan devisa yang cukup.

Jusman Dalle Analis Ekonomi Society Research and Humanity Development (SERUM) Institute; Analis pada Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia Makassar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com