Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Sosial Harus Jadi Penyeimbang Informasi di Indonesia

Kompas.com - 09/07/2012, 11:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah maraknya pemanfaatan media mainstream sebagai alat partai politik untuk mencapai kekuasaan, media sosial punya peran sebagai penyeimbang informasi agar opini publik tak selamanya didominasi media mainstream.

Dengan sistem kepemilikan media yang terpusat seperti sekarang, ada kekhawatiran pemilik modal menggiring konten informasi sesuai dengan kepentingannya. Sehingga, pemberitaan terhadap subjek yang didukung cenderung "berlebihan".

Dibutuhkan media alternatif yang dapat membantah dan meluruskan pemberitaan macam ini. Seharusnya, media sosial, seperti blog, Facebook dan Twitter, bisa mengisi posisi tersebut.

"Di sini media sosial berperan sebagai watchdog untuk media mainstream," kata jurnalis lepas sekaligus sinematografer Dandhy Dwi Laksono dalam diskusi Kebebasan Berekspresi di Internet yang diselenggarakan ICT Watch, Sabtu (7/7/2012), di Jakarta.

Dandhy bertutur, butuh partisipasi aktif dari warga kepada media mainstream yang berusaha memanipulasi opini publik. Hal senada diamini Manajer Pemberitaan Kompas TV Yogi Nugraha. Menurutnya, ada baiknya jurnalis warga berperan sebagai ekstra redaksional yang bersikap kritis terhadap pemberitaan media mainstream.

Apalagi, konten di media mainstream masih didominasi oleh berita elit dan peristiwa yang terjadi di Jakarta, sementara peristiwa dari daerah lain porsinya tidak banyak. Luka sebagian warga daerah ini bisa terobati dengan membuat sosial media berbasis komunitas yang menyuarakan isu-isu lokal.

Aktivis Hivos Shita Laksmi berpendapat, cara murah namun efektif untuk membuat media sosial komunitas adalah dengan menggunakan media online, bisa situs web ataupun blog. "Industri media menuju single platform, yaitu Internet Protocol. Konvergensi menjadi hal yg tidak terelakkan untuk media," ujar Shita.

Ia berharap, warga tak hanya menjadi komentator yang berkoar di Facebook dan Twitter. Warga yang peduli pada suatu masalah, bisa menekan balik dengan membuat berita bantahan, menciptakan wacana baru dan analisa mendalam.

Konten menarik

Yogi Nugraha percaya bahwa keterampilan jurnalistik bisa dipelajari oleh jurnalis warga. "Insting jurnalistik bisa dilatih. Kualitas tulisan juga bisa dilatih, bisa sama dengan standar media mainstream."

Berita, foto, ataupun video yang dipublikasi oleh warga harus memiliki gimmick (sesuatu yang unik dan spesial) untuk menarik minat warga lain agar melihatnya. Dandhy mencontohkan pewarta foto Reuters, Beawiharta, yang dapat mendokumentasikan dan membuat keterangan foto yang menarik dari isu lokal. Beawiharta mendokumentasikan rombongan anak sekolah melewati jembatan gantung yang kondisinya memprihatinkan di desa Sanghiang Tanjung, Kabupaten Lebak, Banten, pada Januari lalu.

Beawiharta memakai keterangan jembatan "Indiana Jones" di foto tersebut. Menurut Dandhy, yang membuat foto ini jadi sorotan publik lokal dan internasional adalah penggunaan kata Indiana Jones. Beawiharta bukanlah orang pertama yang mempublikasi foto itu di internet. Warga setempat dan jurnalis juga pernah membaginya ke internet.

"Banyak orang tahu dan menonton Indiana Jones. Ketika foto dibagi ke media online dan pakai kata Indiana Jones, maka efeknya luar biasa. Media asing kemudian ramai-ramai meliput jembatan Indiana Jones itu," tegas Dandhy.

Tak lama setelah foto disebar, pemerintah setempat memperbaiki jembatan gantung itu. Gimmick yang "seksi" inilah yang perlu dilatih jurnalis warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com