JAKARTA, KOMPAS.com — Kepergian Moeslim Abdurrahman (64), cendekiawan Muslim, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, Jumat (6/7/2012) malam, meninggalkan duka bagi bangsa Indonesia. Almarhum selama ini dikenal sebagai intelektual yang berjasa mendorong pemahaman Islam yang lebih praksis.
Moeslim sempat dirawat di rumah sakit sejak Rabu lalu akibat gula darah yang meningkat. Jumat sore, tiba-tiba dia sesak, dan akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 19.30. Setelah disemayamkan di rumah duka di Jatibening, Bekasi, jenazah almarhum dijadwalkan dimakamkan di pemakaman Sandiego Hills di Karawang, Jawa Barat, Sabtu siang ini.
Ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari menilai, Moeslim Abdurrahman adalah seorang putra Muhammadiyah yang sangat inklusif, bahkan sering dituding sebagai Muhammadiyah liberal. Dia membimbing anak-anak muda Muhammadiyah dan berada di balik dinamika Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).
Almarhum memperkenalkan paradigma "teologi Al Ma'un" yang mengambil inspirasi bagaimana KH Ahmad Dahlan dulu mengajarkan surat Al Ma'un dalam Al Qur an.
"Ini pemahaman agama yang lebih mementingkan praksis dalam menyantuni orang-orang miskin. Bukan gerakan Islam yang gegap gempita dan mementingkan pencitraan, seperti seremonial," katanya.
"Keberpihakannya pada kaum terpinggirkan tampak sekali ketika kami bersama-sama memimpin Majlis Buruh, Tani dan Nelayan PP Muhammadiyah periode 2000-2005. Dia orang yang sangat getol dan gigih dalam kerja praksis memberdayakan kaum buruh, tani, dan nelayan melalui gerakan Muhammadiyah. Mas Moeslim bukan hanya concern pada gerakan intelektual, tetapi juga gerakan praksis," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.