JAKARTA, KOMPAS.com - Pesawat Fokker 27 milik TNI AU jatuh di Kompleks Rajawali, Halim Perdanakusuma, saat melakukan latihan rutin. Berbagai skenario pun disiapkan dalam latihan untuk meningkatkan kemampuan kru pesawat. Muncul dugaan, pesawat jatuh pada saat melakukan skenario satu pesawat mati (single engine).
Namun, hal tersebut dibantah Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Madya Azman Yunus. Ia menegaskan, manuver menggunakan satu mesin tidak masuk kedalam skenario perencanaan penerbangan yang diserahkan ke komandan Skuadron Udara II TNI AU, Halim Perdanakusuma.
"Saya rasa enggak, kalau di low-kan, mungkin. Dalam hal emergency, itu juga dilatihkan, harus siap dalam segala kondisi," ujarnya kepada wartawan di Air Power Centre of Indonesia, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (22/6/2012).
Ia melanjutkan, seluruh kondisi pesawat maupun awak pesawat selalu dikontrol oleh kesatuan. Setiap melakukan latihan penerbangan, kru selalu memberikan rilis atau semacam rencana penerbangan. Awak pesawat pun selalu dikenakan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
"Pesawat itu dicek rutin. Setiap hari kru yang akan terbang diperiksa kesehatannya. Setiap skuadron ada dokternya," lanjutnya.
Sebelum jatuh, pukul 13.40 WIB, warga sekitar melihat pesawat yang mengangkut tujuh awak tersebut sempat berputar di udara sebanyak dua kali. Warga pun curiga karena pesawat oleng dan perlahan-lahan menurunkan ketinggian hingga akhirnya jatuh di pemukiman.
Sepuluh orang tewas dalam musibah tersebut. Tujuh awak pesawat atas nama Mayor penerbang Heri setiawan, Kopilot Tek Agus Supriadi, Letda PNS Ahmad Syahroni, Serma Simmulato, Serka Wahyudi dan Sertu Purwo Adianto. Sementara tiga lainnya adalah penduduk, atas nama Brian, Naflin, Martina dan Onci.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.