Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulihkan Kepercayaan Warga Papua

Kompas.com - 15/06/2012, 12:43 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah perlu memulihkan kepercayaan warga asli Papua kepada pemerintah untuk menyelesaikan masalah berkepanjangan di Papua. Pendekatan keamanan dinilai tidak akan mampu menyelesaikan masalah di Papua.

"Kepercayaan masyarakat perlu ditumbuhkan," kata Asvi Warman Adam Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat diskusi di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (15/6/2012).

Asvi mengatakan, pemerintah perlu memperhatikan belum sepenuhnya warga asli Papua yang menerima Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) tahun 1969 . Sebagian warga Papua, kata dia, menilai Perpera tidak adil karena penentuan hanya diwakili oleh tokoh suku.

Selain itu, kata dia, masih tertanamnya di ingatan warga asli Papua terkait kelamnya masa lalu ketika kekerasan oleh aparat keamanan yang berlangsung bertahun-tahun. Memori kelam itu, lanjutnya, harus dihapus dengan membuka kembali dan menyelesaikan berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang pernah terjadi di Papua.

"Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) juga perlu dibentuk di Papua," kata Asvi.

Adriana Elisabeth yang tergabung dalam tim LIPI penyusun buku Papua Road Map mengatakan, sebenarnya pemerintah sudah berbuat banyak untuk Papua selama ini. Namun, pembangunan yang dilakukan selama ini lebih kepada pembangunan fisik sehingga tidak menyentuh akar masalah.

Adriana menjelaskan, hingga saat ini masih adanya paradigma diskriminatif terhadap warga asli Papua seperti penilaian Papua primitif. Akibatnya, tidak ada kepercayaan dari warga asli Papua kepada pemerintah.

Warga asli Papua, lanjut dia, juga merasa terasing dan tidak bangga menjadi warga Indonesia lantaran tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan politik.

Dikatakan Adriana, pemerintah perlu mengakui secara terbuka segala kesalahan pemerintah sekarang maupun masa lalu terkait pelanggaran HAM maupun perlakuan diskriminasi di Papua. Langkah terpenting, kata dia, membuka ruang dialog agar semua pihak terkait bisa berbicara terbuka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

    Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

    Nasional
    Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

    Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

    Nasional
    JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

    JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

    Nasional
    Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

    Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

    Nasional
    Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

    Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

    Nasional
    Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

    Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

    Nasional
    Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

    Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

    Nasional
    BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

    BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

    Nasional
    Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

    Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

    Nasional
    Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

    Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

    Nasional
    Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

    Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

    Nasional
    Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

    Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

    Nasional
    Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

    Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

    Nasional
    Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

    Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com