Sleman, Kompas -
Demikian diungkapkan Adjar Prayudi, Kepala Project Management Unit (PMU) Rehabilitasi Rekonstruksi Pascagempa DI Yogyakarta-Jawa Tengah Kementerian Pekerjaan Umum di sela-sela peninjauan ke lapangan di Desa Kepuharjo, Selasa (29/5). Peninjauan dilakukan bersama perwakilan Java Reconstruction Fund (JRF), salah satu lembaga donor.
Keseluruhan rumah yang akan dibangun bagi korban erupsi Merapi mencapai 3.943 unit. Rumah itu terdiri dari 2.856 rumah terdampak primer yang rusak akibat diterjang material vulkanik dan 1.087 unit rumah terdampak sekunder yang rusak akibat dilanda lahar dingin.
Dari jumlah rumah itu, ungkap Teguh M Abduh, Penasihat Rekompak, yang akan dibangun dengan dana Rekompak hanya 1.637 unit, terdiri dari bantuan JRF sebanyak 172 unit dan 1.465 unit dibangun dengan hibah dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Support Facility (PSF). Sisanya 2.306 unit akan dibangun menggunakan dana APBN melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dari pengamatan di lapangan, aktivitas pembangunan rumah itu masih berlangsung, seperti di lahan kas desa Dusun Batur, Kelurahan Kepuharjo. Di tempat ini tengah dibangun 194 unit rumah relokasi untuk warga dari tiga dusun, yakni Batur, Kopeng, dan Jambu.
Menurut Adjar, pembangunan rumah itu sempat terkendala lahan. Sebab, ada larangan jual beli atas tanah kas desa. Namun, kendala itu sudah teratasi.
Warga juga diberikan kebebasan memilih tipe rumah. Setiap warga memperoleh bantuan Rp 30 juta dari pemerintah dan yang memiliki dana sendiri bisa menambahkan sesuai ukuran yang diinginkannya.
George Soraya dari Satuan Tugas Rekompak menambahkan, pembangunan rumah korban erupsi Merapi ini adalah bagian dari pembelajaran bersama.