Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Membangun Sumba

Kompas.com - 02/05/2012, 04:21 WIB

Oleh St Sularto

Lahir di Solor, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, 61 tahun lalu, hampir separuh hidupnya dihabiskan di Sumba, lebih tepatnya Waikabubak, Sumba Barat. Cyprianus Menti Leyn telah jatuh cinta pada Sumba, pada penduduk, kebiasaan, dan kebudayaannya. 

Sumba itu berbeda dari Flores. Orang sering mengasosiasikan Flores itu kering dan tandus, begitu juga Sumba. Ini salah, yang benar Flores lebih kering dari Sumba. Sumba lebih subur dari Flores,” kata Pater Cypri, panggilannya.

Cypri adalah pastor biarawan anggota Kongregasi Redemptoris (CSsR). Di luar kebiasaan kongregasi, ia baru masuk novisiat setelah ditahbiskan sebagai diakon dan menjadi pastor tahun 1980.

Setahun sebagai pastor paroki di Waingapu, Sumba Timur, ia lantas berkarya di Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat. Ia tinggal di sini jauh sebelum Sumba Barat dimekarkan menjadi tiga kabupaten, yakni Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, dan Sumba Barat, pada 2007.

Awalnya Cypri melakukan pemberdayaan masyarakat lewat kerajinan tenun Sumba, terutama bagi kaum perempuan. Untuk kaum muda Sumba, dia memberikan pelatihan keterampilan pertukangan dan permesinan. Belakangan mereka pun mempelajari usaha simpan pinjam koperasi kredit.

Baginya, membangun Sumba berarti memberdayakan orang Sumba sendiri. Caranya, dengan mengubah cara berpikir, mendinamisasi kultur yang sudah dihidupi nenek moyang sebagai warisan turun-temurun, serta mengajak mereka berpikir lebih kritis dan ekonomis tanpa meninggalkan sisi budayanya yang positif.

Satu di antara kebiasaan turun- temurun orang Sumba adalah memotong babi atau kerbau setiap ada saudara atau keluarga yang meninggal dunia. Sisi positif dan negatif kebiasaan ini dia kenali betul lewat pergaulan dengan warga Sumba, bukan dari buku-buku rujukan.

Pelan-pelan kebiasaan itu dia arahkan pada tujuan lebih positif dan ekonomis tanpa meninggalkan sisi positif kekerabatannya. Awalnya tak mudah sebab Cypri adalah pendatang.

Anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan Silvester Wulu Leyn dan Mariana B Raralalor ini mengarahkan warga lewat contoh langsung. Ia memelihara babi, berkebun, dan menukang untuk menumbuhkan motivasi mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com