SALATIGA, KOMPAS -
Kepala Polres Salatiga Ajun Komisaris Besar Asep Jenal, Jumat (30/3), mengungkapkan, pihaknya telah mengantisipasi berbagai kemungkinan sejak pertengahan Maret 2012. Pihaknya memperketat pengamanan dengan melakukan deteksi dini, patroli, dan pengamanan serta penjagaan di obyek-obyek vital.
”Di SPBU (stasiun pengisian bahan bakar untuk umum) kami kerahkan dua personel untuk pengamanan terbuka dan dua orang untuk pengamanan tertutup. Jalur-jalur distribusi BBM dari arah Semarang ataupun Boyolali juga kami amankan, termasuk pusat-pusat keramaian masyarakat,” kata Asep.
Secara terpisah, External Relation Manager PT Pertamina Region IV Jawa Tengah-DI Yogyakarta Heppy Wulansari mengatakan, distribusi BBM dari depo ke SPBU kini dilakukan pada malam hari. Hal itu untuk menghindari keterlambatan penyaluran dan penyanderaan mobil tangki oleh pengunjuk rasa.
”Seluruh penyaluran kini dilakukan malam hingga pagi hari untuk alasan keamanan. Kalaupun ada yang disalurkan siang atau sore, kami pastikan saat unjuk rasa sudah selesai,” katanya.
Permintaan BBM subsidi di wilayah Jateng rata-rata meningkat 9,0 persen. Untuk Premium, misalnya, permintaan naik dari 8.643 kiloliter menjadi 9.618 kiloliter per hari. Sementara permintaan solar meningkat dari 5.421 kiloliter menjadi 5.075 kiloliter per hari.
Di Nusa Tenggara Timur, menjelang kenaikan harga BBM (Premium dan solar), minyak tanah di Ende, Pulau Flores, langka. Hal itu diduga karena warga mengira harga minyak tanah turut naik, lalu warga melakukan pembelian minyak tanah secara besar-besaran.
Menurut pengamatan, kemarin, minyak tanah di kalangan pengecer kosong, seperti di kawasan Perumnas Ende, Jalan Kokos Raya, Jalan Eltari, dan Jalan DI Panjaitan.
”Stok minyak tanah di tempat kami kosong. Kami juga tidak mengetahui mengapa agen belum mengirim lagi,” kata Aloysius Teda, pengecer minyak tanah di Jalan DI Panjaitan.
Ny Theresia Sedo, warga Paupire, terpaksa memasak menggunakan kayu bakar karena sulit mendapatkan minyak tanah.