Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BLT Membuat Perangkat Desa Dibenci Warga

Kompas.com - 15/03/2012, 12:01 WIB
Gregorius Magnus Finesso

Penulis

BANYUMAS, KOMPAS.com Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) Banyumas, Jawa Tengah, menilai, program pemerintah menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) sebagai kompensasi penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) merugikan mereka. Dari pengalaman program serupa pada 2006 dan 2008, perangkat desa sering menjadi sasaran kekesalan warga karena dituding sebagai penentu penerima BLT.

"Akhirnya, hubungan antara warga dan perangkat menjadi tidak baik. Bahkan, pada 2008, ada kasus di Desa Kuntili, Kecamatan Sumpiuh, seorang perangkat desa didatangi warga dengan membawa senjata tajam karena tidak menerima BLT," ujar Pengurus PPDI dari Kecamatan Karanglewas, Ali Syamsudin, Kamis (15/3/2012).

Penyaluran BLT bakal memicu konflik di masyarakat dan membuat situasi desa menjadi kacau. Menurut dia, pemerintah pusat harus tahu kalau BLT membuat repot perangkat paling bawah karena akan memicu kecemburuan antarwarga.

Penyaluran BLT justru menimbulkan keresahan di masyarakat dan memicu konflik antarwarga. Pasalnya, banyak warga yang merasa miskin tidak mendapat jatah BLT. Kondisi itulah yang kemudian membuat situasi desa tidak kondusif.

Terlebih, menurut Ketua PPDI Kabupaten Banyumas Sudarko, pendataan warga miskin yang dimiliki pemerintah pusat saat ini masih amburadul. Menurut dia, tidak ada yang bisa menjamin, pendataan warga miskin di desa-desa benar-benar akan mencerminkan kondisi riil.

"Pasti akan ada saja warga miskin yang tidak terdata sehingga menimbulkan potensi konflik, apalagi kalau acuan yang digunakan dalam penyaluran BLT mendatang hanya didasarkan pada data BPS yang pendataannya entah dilakukan kapan," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com