Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Finger Print" dan Kemalasan Anggota Dewan

Kompas.com - 07/02/2012, 12:18 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sepertinya tidak ada solusi untuk mengatasi kemalasan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, terutama ketika menghadiri rapat paripurna. Pemandangan bangku kosong menjadi hal yang lumrah.

Seperti dalam rapat paripurna hari ini, Selasa (7/2/2012), daftar hadir hanya ditandatangani 286 dari 560 anggota Dewan. Rapat itu baru dimulai pukul 10.30 WIB dari jadwal pukul 09.00 WIB.

Sebenarnya, DPR berencana memasang sistem presensi dengan sidik jari atau finger print di beberapa titik di sekitar ruang rapat. Pasalnya, anggota Dewan kerap hanya menandatangani daftar hadir manual lalu melenggang santai meninggalkan ruang sidang.

Ada pula yang menitip seseorang untuk menandatangani daftar hadir. Ketua DPR Marzuki Alie menyebutkan, ada anggota Dewan yang tak pernah hadir, tetapi tanda tangannya penuh dalam rekap kehadiran.

Lantaran ada manipulasi, pimpinan DPR tak dapat mengumumkan kehadiran anggota Dewan kepada publik. Jika diumumkan, akan muncul ketidakadilan bagi anggota Dewan yang tak menitip presensi.

Namun, presensi dengan finger print terganjal realisasinya. Ketika awal perencanaan, pimpinan DPR menolak sistem finger print lantaran pihak Sekretariat Jenderal DPR berencana menghabiskan dana hingga Rp 4 miliar untuk membangun sistem itu.

Setelah dikritik berbagai pihak termasuk pimpinan DPR, angka alokasi dana hanya turun Rp 300 juta menjadi Rp 3,7 miliar. Pihak Setjen DPR kemudian berjanji akan membuat sistem finger print murah setelah proyek renovasi ruang Badan Anggaran yang menelan dana Rp 20,3 miliar terungkap.

Setelah dana ditekan, realisasi finger print tetap saja terganjal. Dalam rapat terakhir, pihak Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) dan Setjen sepakat finger print hanya untuk mendata ketika anggota Dewan datang.

Marzuki kembali menolak. Pasalnya, menurut dia, anggota Dewan bisa saja hanya datang tapi tak mengikuti rapat. "Kalau begitu, saya bilang enggak usah. Itu pembohongan saja. Sudah masuk, lalu orang keluar," kata Marzuki tanpa menyebut bagaimana solusi agar finger print itu terealisasi.

Memang masalahnya barangkali bukan soal penerapan sistem canggih yang mampu mencatat kehadiran anggota Dewan dalam rapat. Namun, masalah intinya adalah tiadanya kesadaran anggota sebagai wakil rakyat yang harus melaksanakan tugasnya. Sistem secanggih apa pun sepertinya tak berguna bila mental malas-malasan tidak dibenahi. Apakah kemalasan itu yang ingin dicitrakan para wakil rakyat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com