Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-Investment Grade, Utang Indonesia Berkurang

Kompas.com - 24/01/2012, 11:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah Indonesia mendapatkan predikat investment grade dari dua lembaga pemeringkat utang yakni Fitch dan Moody's, aliran dana yang masuk ke Indonesia dipastikan meningkat. Pemerintah meyakini, kondisi ini akan mengurangi kebutuhan pendanaan dari utang luar negeri.

Prasetijono Widjojo, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas mengatakan, setelah mendapatkan investment grade, pemerintah ingin memanfaatkan dana sebaik-baiknya dan menjaga defisit fiskal. Misalkan saja untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur, diyakini dana dari swasta bisa dimanfaatkan dengan maksimal. "Kalau pemerintah sudah jelas akan mengendalikan penarikan utang, akan memanfaatkan dana sebaik-baiknya dan menjaga defisit. Saya kira peran swasta akan lebih besar," kata dia akhir pekan lalu.

Dia mengatakan, dengan capital outflow yang semakin besar, akan ada banyak dana swasta yang bisa dimanfaatkan terutama untuk investasi sektor riil. Hal ini membuat bobot utang perlahan-lahan akan berkurang. "Akan berkurang perlahan," ujarnya.

Sementara itu Deputi bidang Pendanaan Bappenas Wismana Adi Suryabrata mengatakan, pemerintah tidak akan menarik pinjaman (loan) lebih besar dari yang ditetapkan dalam APBN 2012. Sebagai catatan, Dalam APBN 2012, pemerintah menargetkan penarikan pinjaman luar negeri (bruto) mencapai Rp 54,28 triliun, yang terdiri dari pinjaman program Rp 15,25 triliun dan pinjaman proyek Rp 39,02 triliun.

Sementara realisasi penarikan pinjaman luar negeri 2011 hanya sebesar Rp 31,7 triliun atau 70,7 persen dari APBN-P 2011 yang sebesar Rp 56,2 triliun. Realisasi pembiayaan ini lebih rendah karena adanya pembatalan penarikan pinjaman program Low Carbon and Resilient Development program dan lebih rendahnya penarikan pinjaman untuk proyek dan rendahnya penerusan pinjaman. "Soal pinjaman, akan tetap sesuai dengan APBN, terkait dengan investment grade kemungkinan membatasi loan, tetapi kalau hibah akan jalan terus," ujarnya.

Prasetijono mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan setelah mendapatkan predikat layak investasi, salah satunya terus memperbaiki iklim bisnis. Perbaikan tersebut seperti perbaikan infrastruktur, mempermudah perizinan dan meningkatkan pelayanan satu atap (national single window). "Easy of doing business tetap harus diperbaiki, meskipun investment grade sudah naik, tetap saja kita tergantung realisasi pembangunan infrastruktur, bagaimana mempertahankan efektivitas fiskal dan moneter, masih bisa di maintain tidak stabilitasnya, pengendalian makronya," tandasnya. Dengan demikian, investasi ke sektor riil juga akan semakin deras mengalir.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan yang merangkap Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan mengatakan, setelah kedua kalinya Indonesia mendapatkan investment grade dari Fitch dan Moody’s, secara empiris diperkirakan akan ada peningkatan investasi sebesar 1 persen dari Produk Domestik Bruto. Gita bilang dengan target PDB nominal di tahun 2012 yang sebesar 930 miliar dollar AS, maka akan ada peningkatan sekitar 9 miliar dollar AS.

Terlebih, negara-negara besar di dunia pada umumnya memiliki pertimbangan untuk merealisasikan investasinya ke negara yang sudah mendapatkan predikat investment grade minimal dari dua lembaga pemeringkat utang. “Dan kita sudah mendapatkan dua, jadi investasi akan terus meningkat. Secara PDB, purchasing power priority adjusment kita akan melampaui 1 triliun dollar AS. Kalkulasi kasarnya, kenaikan FDI khususnya untuk portfolio industri, ada kenaikan kurang lebih 9 miliar dollar AS dan itu kenaikan di atas angka atau target realisasi investasi FDI yang tadinya sudah dicanangkan,” tandasnya. (Narita Indrastit/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com