Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekitar 50 Persen Premium Diimpor

Kompas.com - 24/01/2012, 06:24 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Bidang Minyak dan Gas Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ari H Soemarno mengatakan, sekitar 50 persen bahan bakar minyak (BBM) premium diimpor. Hanya setengahnya yang bisa diproduksi oleh kilang di dalam negeri.

Ari menerangkan, ini berkaitan dengan kondisi minyak mentah Indonesia yang ternyata sebagian besarnya juga sudah diimpor. "Jadi yang bisa dipenuhi oleh kilang dalam negeri itu 50 persen (untuk produksi premium). Tapi, Anda jangan lupa bahwa (minyak mentah) yang diproduksi di kilang dalam negeri enggak 100 persen dari dalam negeri. Karena sebagian minyak mentahnya pun sudah diimpor," jelas Ari kepada Kompas.com, akhir pekan lalu.

Ia menyebutkan, jumlah minyak mentah yang diimpor sudah mencapai 35-40 persen dari kebutuhan kilang. Kilang sendiri mengolah 940.000-950.000 barrel, sedangkan produksi minyak mentah dalam negeri hanya 900.000 barrel per hari. Tapi, kata dia, yang menjadi hak pemerintah yang bisa dijual Pertamina hanya 600.000-700.000 barrel. "Jadi sisanya harus diimpor," tegas Ari, yang juga mantan Direktur Utama Pertamina.

Porsi impor pun bisa lebih besar seiring dengan kondisi kilang. Jika kilang ada masalah, bahkan berhenti beroperasi, maka produksi premium tidak bisa dilakukan secara penuh. "Komponen-komponen untuk premium atau untuk pertamax dan pertamax plusnya enggak bisa maksimum, ya impornya naik," ujarnya.

Dan, bentuk impornya pun sering kali berupa bahan jadi. Pertamina bisa saja mengimpor komponen premium, misalnya, dan diolah lagi di kilang, seperti high octane mogas component (HOMC).

"Atau juga sudah jadi. Sudah premium (dengan oktan) 88 jadi. Atau, pertamax 92 jadi, ada pertamax 95 jadi. Tergantung kebutuhannya di Pertamina," tuturnya. Sekalipun ada porsi premium yang diimpor, untuk harga tetap sama saja. "Ya kira-kira sebandinglah. Makin tinggi oktannya, harganya makin tinggi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com