Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Ma Menangi Pemilu

Kompas.com - 15/01/2012, 02:14 WIB

TAIPEI, Sabtu - Presiden Ma Ying-jeou tampak tidak terkalahkan dalam pemilu presiden, Sabtu (14/1). Ma (61) juga langsung menyatakan diri sebagai pemenang setelah hasil perhitungan tak resmi menunjukkan keunggulannya.

Ma, yang bersahabat dengan China, berhasil mengurangi ketegangan dengan China. Hal ini membuat perekonomian Taiwan turut berimbas positif dari kemajuan ekonomi China, membuat Ma disukai sebagian besar warga, terutama pebisnis.

Ma diperkirakan meraih keunggulan suara enam hingga tujuh persen dari total 18 juta suara dibandingkan pesaing terdekatnya, Tsai Ing-wen. Penantang utamanya ini tergolong anti-China daratan, tetapi tidak begitu bergaung di telinga warga.

”Ini sesuai dengan perkiraan kita,” kata Wali Kota Taipei Hau Lung-bin, rekan Ma di Partai Kuomintang (KMT). ”Kita relatif sukses di wilayah utara.”

Tsai Huang-liang, perempuan anggota senior parlemen dari Partai Progresif Demokratik (DPP), tampak menunjukkan sikap kalah. Dia mencoba mengandalkan isu jender dengan dugaan bahwa Taiwan kemungkinan lebih menyukai tampilnya seorang perempuan yang menjadi presiden pertama di Taiwan.

Namun, ini tampaknya tidak terwujud. ”Kita benar-benar dibuat terkejut dengan hasil pemilu. Ini di luar perkiraan kita. Kita tidak menduga akan kalah dengan selisih suara yang begitu besar,” kata Tsai, yang diperkirakan kalah sebanyak 700.000 dari Ma.

Tsai juga dirugikan dengan isu korupsi yang pernah menimpanya.

Pemilu presiden Taiwan ini juga menjadi perhatian utama AS dan China. Beijing lebih menyukai Ma yang mengambil sikap lebih bersahabat. Ma mengandalkan hubungan dagang, ekonomi, dan investasi yang lebih dekat dengan China. Di bawah kepemimpinannya sejak tahun 2008, Taiwan menikmati perkembangan lalu lintas dagang di antara kedua negara.

Tsai mengambil sikap yang berbeda dengan memilih menjauh dari China. Tsai juga menyuarakan kemungkinan menyatakan secara resmi kemerdekaan Taiwan China, yang di sisi lain selalu menganggap Taiwan selalu menjadi salah satu provinsi milik China.

”Alasan China daratan khawatir dengan pemilu Taiwan adalah adanya potensi Taiwan untuk menyatakan kemerdekaan secara resmi sebagaimana pernah mengemuka di masa lalu,” demikian diberitakan di harian China, Global Times, Jumat.

China dan Taiwan memiliki pemerintahan tersendiri sejak tahun 1949. Namun, China telah memiliki opsi untuk merebut kembali Taiwan walau dengan cara perang suatu saat di masa depan.

AS inginkan stabilitas

AS juga tampaknya lebih menginginkan hasil pemilu yang memberikan ketenangan di Taiwan. Perkembangan ekonomi Asia dan Taiwan, dengan pusat utama di China, menjadi salah satu faktor utama yang juga diinginkan AS.

Para pebisnis Taiwan juga tampaknya lebih menyukai Ma. Untuk itu, sekitar 200.000 pebisnis Taiwan yang memiliki sejumlah investasi di China sengaja pulang ke Taiwan dari China hanya untuk mencoblos.

Para pebisnis ini juga mengajak serta keluarga mereka untuk mencoblos demi Ma. ”Saya memilih Ma karena saya memiliki bisnis di China dan saya sering bepergian ke China,” kata Ane Wei, wanita pebisnis Taiwan di Taipei seusai mencoblos.

Pemilu presiden juga dijalankan sekaligus dengan pemilu parlemen, yang sejauh ini juga dikuasai Kuomintang. (AFP/AP/REUTERS/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com