Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liku-liku Mobil Nasional

Kompas.com - 11/01/2012, 12:28 WIB
Stefanus Osa Triyatna

Penulis

KOMPAS.com  - Kita patut acungkan jempol. Apresiasi positif perlu diberikan atas kehadiran mobil karya pelajar SMK dari Solo, Jawa Tengah, dengan merek Kiat Esemka itu. Secara jujur semua juga mesti legawa bahwa masih ada yang perlu diperbaiki agar mobil ini bisa dijadikan produk massal. Sebab, produk ini tidak hanya diciptakan kenyamanannya, tetapi juga harus ada rasa aman bagi pengemudi dan penumpangnya.

Bagi Menteri Perindustrian MS Hidayat, menciptakan mobil nasional adalah cita-cita yang harus diwujudkan. Pada beberapa tahun ini, aneka prototipe mobil nasional sudah ditampilkan. Namun, semuanya hanya sampai di panggung pameran. Entah di lobi Kementerian Perindustrian, ajang pameran The Indonesia International Motor Show, maupun pameran teknologi permesinan.

Baru kali ini penciptaan mobil nasional tidak hanya berhenti di pameran, tetapi dimanfaatkan pejabat negara. Banyak yang mendukung kehadiran mobil Esemka, tetapi tak sedikit pula yang menyangsikan kualitasnya. Bahkan, ada yang mencibir terang-terangan ataupun melalui jejaring sosial.

Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) Johnny Darmawan memberikan apresiasi yang tinggi untuk mobil Esemka. Ia menegaskan, semangat nasionalisme dengan kehadiran mobil ini membutuhkan komitmen semua pihak, termasuk pemerintah.

Bukan apa-apa, bagi kalangan industri otomotif dan pemerintah sebagai regulator, riset dan pengembangan sebuah mobil merupakan komponen termahal. Setelah diciptakan, pencapaian itu perlu diperkuat dengan kemampuan manufaktur produksi dan teknologi. Kalau masuk skala industri, kita juga harus berpikir skala bisnis, mulai dari penyediaan komponen hingga aspek purnajual. ”Tak bisa melulu bergantung pada insentif pemerintah. Investor menjadi andalan. Batu ujinya adalah pasar. Kompetisi di pasar bebas. Pemerintah tidak bisa melulu beri proteksi,” kata Hidayat.

Semangat nasionalisme memproduksi mobil sendiri jangan pernah dipatahkan. Era pemerintahan Soeharto saja muncul mobil nasional Timor. Saat itu, semua pihak seolah mengapresiasi positif tanpa berani menyikapi secara kritis. Timor akhirnya sulit dipertahankan.

Pada era demokrasi saat ini, kebijakan memproduksi mobil nasional sesungguhnya diberi ruang sangat besar. Terbukti, Menteri Perindustrian didukung Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011. Pemerintah ingin mengembangkan program mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC) serta program angkutan umum murah prorakyat.

Segmentasi produk LCGC adalah jenis kendaraan multipurpose vehicle (MPV) berkapasitas mesin 1.000-1.200 cc. Program angkutan umum murah prorakyat ditujukan untuk mengembangkan kendaraan bermerek lokal. Segmen kendaraan berkapasitas mesin 700 cc ini paling tidak bisa diutamakan untuk kalangan petani.

Usulan insentif untuk LCGC sampai saat ini masih dalam proses di Kementerian Keuangan. Insentif antara lain berupa pembebasan bea masuk untuk impor mesin peralatan produksi, bahan baku, dan komponen yang belum diproduksi di dalam negeri. Juga, perpajakan. Bukan tidak mungkin, kita memiliki mobil nasional.

Penjualan mobil terus meningkat setiap tahun. Harga mobil semakin mahal pun bisa laku di negeri ini. Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor, penjualan mobil pada Januari-November 2011 sudah 813.856 unit. Jumlah ini melonjak dari penjualan tahun 2010 sebanyak 764.710 unit. .

Bagi kalangan industri, pasar domestik memang tetap jadi sasaran empuk. Sebuah peluang juga bagi mobil nasional. Apalagi kalau kalau harga mobil nasional ini terjangkau. Program mobil nasional ini semakin cepat terwujud jika pemerintah bisa mendorong pertumbuhan infrastruktur jalan sebanding dengan kecepatan produksinya. Saat ini, kemacetan kian akut, terutama di kota-kota besar. Proyek mobil nasional bisa saja terganjal.

Mendorong industri otomotif, termasuk mobil nasional, sebenarnya juga bisa dikejar lewat penyebaran produk otomotif ke berbagai daerah. Sayangnya, kondisi infrastruktur jalan dan jembatan masih belum tersentuh. Jalan yang mirip kubangan kerbau hanya memungkinkan mobil jenis tertentu yang bergerak. Jangan pernah berharap mobil nasional bisa tumbuh di jalan seperti itu.

Apresiasi bagi munculnya mobil Kiat Esemka jelas tak pernah padam. Memiliki sebuah mobil nasional buatan anak bangsa jelas suatu yang harus segera diwujudkan. Apalagi, jika didukung infrastruktur jalan dan jembatan yang memadai di daerah. (Stefanus Osa)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com