Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miranda Tidak Tahu

Kompas.com - 11/01/2012, 02:55 WIB

Jakarta, Kompas - Komisi Pemberantasan Korupsi berusaha menguak asal muasal dana cek perjalanan yang digunakan untuk menyuap anggota DPR periode 1999-2004 dengan memeriksa mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom, Selasa (10/1). Namun, Miranda mengaku tidak tahu-menahu asal cek tersebut.

Sebanyak 480 lembar cek perjalanan senilai Rp 24 miliar mengalir kepada anggota DPR berkaitan dengan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 2004 yang dimenangi Miranda.

”Ditanya apakah tahu (cek perjalanan) itu dari siapa, saya bilang tidak tahu,” kata Miranda seusai diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dalam pemeriksaan sebelumnya, Ahmad Hakim Safari MJ alias Arie Malangjudo mengaku disuruh atasannya, Nunun Nurbaeti, untuk menyerahkan cek perjalanan tersebut kepada anggota DPR. Nunun menjadi tersangka dalam kasus ini. Hingga kini belum diketahui asal dana untuk membeli cek tersebut.

Selain memeriksa Miranda, kemarin penyidik KPK juga memeriksa Kepala Divisi Treasury PT Bank Artha Graha Gregorius Suryo Wiarso. KPK juga memeriksa salah seorang yang sudah dihukum dalam kasus ini, Endin AJ Soefihara.

Pada sidang kasus cek perjalanan pada 26 Maret 2010 dengan terdakwa Dudhie Makmun Murod, saksi Kepala Seksi Travel Check BII Pusat Krisna Pribadi mengatakan, cek diterbitkan BII atas pesanan PT First Mujur Plantation and Industry melalui Bank Artha Graha.

Miranda, yang sudah beberapa kali diperiksa KPK dan bersaksi di persidangan untuk terdakwa dalam kasus ini, pada Selasa kemarin diperiksa sebagai saksi selama sekitar dua jam untuk tersangka Nunun. Ketua KPK Abraham Samad mengisyaratkan akan segera ada tersangka baru dalam kasus ini.

Kenal lama Paskah

Saat ditanya keterkaitan Artha Graha dalam kasus ini, Miranda hanya tersenyum. Selain soal asal muasal cek perjalanan, Miranda mengaku ditanya soal hubungannya dengan Paskah Suzetta, anggota DPR yang sudah menjadi terpidana dalam kasus ini.

Miranda mengatakan, ia hanya ditanya dua atau tiga pertanyaan. Guru besar Universitas Indonesia tersebut mengatakan mengenal Paskah, politikus Partai Golkar, jauh sebelum pemilihan Deputi Gubernur Senior BI. ”Ditanya apakah kenal Paskah atau tidak. Saya bilang sudah kenal dari tahun 1999,” kata Miranda.

Sementara Endin seusai diperiksa KPK mempertanyakan, mengapa pihak pemberi cek perjalanan atau yang terpilih dalam kasus ini belum juga dihukum meski pihak penerima cek perjalanan sudah diputus bersalah. ”Yang jelas, pemilihnya sudah terhukum semua. Masa yang memilih dianggap salah, yang terima jabatan malah nikmati,” ujarnya.

Endin dalam pemeriksaan kemarin mengaku dikonfirmasi soal perkenalannya dengan Miranda. ”Saya dikonfirmasi apakah Nunun pernah pertemukan saya dengan Miranda. Saya jawab tidak pernah, baik di rumahnya maupun tempat mana pun,” ujar Endin.

Endin juga mengatakan, penyidik KPK menanyakan siapa penyandang dana cek perjalanan yang dibagikan kepada sejumlah anggota DPR periode 1999-2004 tersebut. Akan tetapi, dia mengaku tidak mengetahui. ”Saya katakan tidak tahu sumbernya dari mana dan siapa sumber aliran utamanya,” ujarnya. (RAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com