”Kami akan cek, apakah dulu telah mengajukan uji emisi atau belum. Kalau belum, tim akan segera mengajukan uji emisi,” kata Wakil Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, Kamis (5/1).
Kemarin, tim dari Kementerian Perhubungan (Kemhub) yang dipimpin Kepala Direktorat Lalu Lintas Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Hubungan Darat Toto Noerwitjaksono bertemu secara khusus dengan FX Hadi Rudyatmo di Solo, Jawa Tengah, Kamis (5/1). Dalam pertemuan itu terungkap bahwa Kemhub selama ini belum pernah menerima hasil uji emisi mobil Esemka. Uji emisi harus dilakukan di Balai Termodinamika Motor dan Propulsi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). ”Dirjen tidak bisa menerbitkan izin karena hasil uji emisi belum ada,” katanya.
Menurut Toto, terhadap mobil Esemka, yakni prototipe SUV (sport utility vehicle) Rajawali, telah dilakukan uji tipe pada pertengahan 2010 dan hasilnya mobil dinyatakan laik jalan. Namun, hingga saat ini pihaknya belum menerima hasil uji emisi.
Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan, produksi Esemka ke depan perlu diarahkan untuk sarana bus angkutan umum (massal), tidak hanya kendaraan pribadi. Ketika pemerintah mewajibkan mobil pribadi menggunakan pertamax per 1 April 2012, masyarakat butuh alternatif untuk pindah ke angkutan umum. ”Pasar bus di Indonesia tidak lebih dari 10.000 per tahun,” kata Djoko.
Guru SMK Negeri 2 Solo Budhi Martono mengatakan, selain memproduksi SUV, Esemka juga memproduksi jenis truk mini atau pick-up yang cocok digunakan petani dengan harga
Engineer dari PT Autocar Industri Komponen Dheny Fitanto mengatakan, sebagian besar komponen mesin dibuat dalam negeri. Saat ini, produsen komponen yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia dan sentra cor logam, seperti di Ceper, Klaten, siap menyambut produksi massal mobil Esemka. ”Yang penting ada dukungan permodalan dan niat dari pemerintah,” katanya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Mohammad S Hidayat di Jakarta, kemarin, mengatakan, pemerintah sedang mengembangkan program mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC) dan program angkutan umum murah pro-rakyat. Segmentasi pasar untuk produk LCGC adalah untuk jenis kendaraan multi purpose vehicle (MPV) berkapasitas mesin 1.000-1.200 cc.
Adapun program angkutan umum murah pro-rakyat ditujukan untuk mengembangkan kendaraan dengan merek lokal.