Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Jangan Sederhanakan Kasus Penembakan

Kompas.com - 09/12/2011, 21:22 WIB
Mohamad Burhanudin

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com — Aparat keamanan diharapkan tak menyederhanakan kasus penembakan sadis di Kabupaten Aceh Utara dan retentetan pelemparan granat di Banda Aceh sebagai kriminal biasa. Ada indikasi tujuan teror dalam rangkaian kasus itu untuk menghadirkan ketakutan dan membentuk kesan Aceh tidak aman.

"Ada indikasi, kekerasan bersenjata itu dilakukan mendompleng ruang kekisruhan politik yang saat ini terjadi di Aceh. Artinya, kisruh ini membuka peluang mereka untuk mendompleng. Maka tak heran, ada kesan sadis yang ditunjukan seperti dalam kasus penembakan itu," ujar pengamat sosial politik Universitas Malikussaleh Lhok Seumawe, Teuku Kemal Fasya, Jumat (9/12/2011).

Kesimpulan sementara kepolisian bahwa kasus penembakan di Aceh Utara yang menewaskan 3 pekerja perkebunan dan melukai lima lainnya adalah bermotif ekonomi, menurut Kemal sah-sah saja.

Namun, di tengah situasi politik yang panas menjelang pilkada serta kuatnya indikasi teror dalam peristiwa tersebut juga tak boleh diabaikan begitu saja sebagai hipotesis.

Memang ada beberapa hipotesis mengenai hal ini. Misalnya tentang penguasaan lahan karet. Namun tindakan penembakan itu semestinya tak begitu saja dihubungkan semata lahan karet.

"Ini teror. Ada rasa sakit yang ingin ditunjukkan dengan penembakan sadis itu. Seakan ini membentuk kesan bahwa pilkada belum clear," papar Kemal.

Pemilihan sasaran penembakan terhadap kelompok masyarakat pendatang, dalam hal ini keturunan etnis tertentu, juga menjadi pesan tertentu kepada kelompok yang selama ini dianggap bertikai. Menurut Kemal, ini sebuah pola kontraintelijen. Tujuannya untuk membangun kesan Aceh belum aman, sehingga dilakukanlah itu.

Oleh karena itu, Kemal meminta agar aparat kepolisian serius dan segera mengungkapkan kasus ini, dan menyatakan dengan jelas motif dan pelakunya. Dengan begitu, teka-teki mengenai kekerasan bersenjata yang terjadi di Aceh selama ini dapat diketahui, sehingga risiko konflik dapat dikurangi.

Secara terpisah, Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar mengatakan, semua pihak di Aceh sesungguhnya tak senang dengan kekerasan. Masyarakat Aceh sangat menginginkan damai, bukan konflik.

"Karena itu, terkait penembakan ini, mari kita tunggu investigasi polisi. Polisi pun harus lebih cepat. Kami tak ingin kekerasan, tak ingin konflik, yang kami inginkan justru terintegrasi dengan kuat sehingga peradaban politik di Aceh tercipta," kata Nazar.

Karena itu, Nazar meminta agar masyarakat Aceh dan semua elemen politik di Aceh, termasuk yang dulu terlibat konflik, untuk tak terjebak dalam situasi saat ini. Padahal, ini bisa jadi hanya kriminal biasa. "Tapi tujuannya apa, biar polisi yang mengusut. Yang paling penting, kekerasan harus ditiadakan," kata Nazar.

Terkait polemik pilkada, Nazar mengatakan, semua pihak semestinya mematuhi putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Putusan MK final dan mengikat. Terhadap pihak yang tak sepakat dengan hal itu, dia meminta agar tetap menghormati perdamaian di Aceh.

"Semakin lama pilkada ditunda, semakin besar potensi konflik yang akan terjadi. Marilah kita selesaikan perbedaan pendapat ini secara damai," ucap Nazar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com