Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Menjadi Andalan Indonesia

Kompas.com - 23/11/2011, 02:41 WIB

Jakarta, Kompas - Lima hari lagi, konferensi akbar perubahan iklim akan dibuka, diawali dengan pertemuan tingkat menteri. Konferensi, antara lain, akan membicarakan pendanaan untuk skema pengurangan emisi karbon dioksida melalui deforestasi dan degradasi lahan. Isu ini amat penting bagi Indonesia yang merupakan pemilik hutan nomor tiga terluas di dunia.

Menyiapkan negosiasi pada Konferensi Para Pihak Ke-17 (COP-17)/Pertemuan Tingkat Menteri Ke-7 (CMP7), Ketua Delegasi RI Rachmat Witoelar bertemu dengan berbagai pihak terkait, Selasa (22/11), di Jakarta.

Aktivitas REDD+ yang meliputi empat hal, yaitu mengurangi penggundulan hutan, mengurangi degradasi lahan, menahan stok karbon, serta meningkatkan stok karbon pada hutan, praktiknya banyak yang tidak jelas.

Staf Ahli Bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim Yetti Rusli mengungkapkan, peneliti yang menghitung emisi karbon dioksida menolak memasukkan stok karbon. ”Mengapa pihak panel ahli perubahan iklim (IPCC) juga hanya memperhitungkan faktor emisi dan penyerapan. Bagaimana bisa menetapkan baseline (garis dasar) jika tidak dihitung juga karbon stoknya? Petunjuk kerja IPCC amat tidak memadai, ” kata Yetti.

Stok karbon, antara lain, terdapat pada hutan, lahan gambut yang dibiarkan, dan dipertahankan agar tidak rusak.

Persoalan lain yang mengemuka adalah internalisasi negosiasi agar Indonesia bisa optimal mendapatkan manfaat.

Rachmat Witoelar memaparkan betapa penting memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam isu REDD+ tersebut. Hutan Indonesia meliputi 71 persen luas daratan, sedangkan 29 persen berupa areal penggunaan lain. Luas daratan Indonesia seluruhnya sekitar 187 juta hektar.

”Fungsi hutan sangat strategis karena paru-paru dunia dan sebagai regulator iklim,” tegasnya.

Tercatat, 17-20 persen sumber emisi dunia berasal dari deforestasi dan degradasi hutan. Adapun 75 persennya terjadi di wilayah tropis, termasuk Indonesia.

”Sampai 2020, sekitar 50 persen emisi gas rumah kaca Indonesia masih akan berasal dari kehutanan dan lahan gambut jika tidak ada intervensi positif,” kata Rachmat Witoelar.

Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 26 persen dengan upaya sendiri dan hingga 41 persen jika ada bantuan dari negara lain.

(ISW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com