Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zulkarnain dan Aryanto Dinilai Tak Layak Pimpin KPK

Kompas.com - 20/11/2011, 13:24 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat didesak tidak memilih calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang berintegritas dan berkomitmen rendah dalam pemberantasan korupsi. Jika tetap dipilih, maka hal itu dapat mengakibatkan kemandulan pemberantasan korupsi.

Desakan itu disampaikan Koalisi Pemantauan Peradilan saat jumpa pers di Kantor Transparency International Indonesia (TII) di Jakarta, Minggu (20/11/2011). Koalisi itu terdiri dari 11 organisasi pemantau korupsi, seperti Indonesia Corruption Watch (ICW), TII, Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI), serta Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan (LeIP).

Koalisi menyoroti dua calon pimpinan KPK, yakni mantan perwira tinggi Polri, Aryanto Sutadi, dan mantan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur (Kajati Jatim), Zulkarnain. Keduanya dinilai memiliki catatan buruk dan tak pantas dipilih.

Choky Ramadhan, aktivis MaPPI, mengatakan, ketika proses di Panitia Seleksi KPK (Pansel KPK), Aryanto mengakui menerima dan menganggap wajar pemberian orang kepadanya ketika masih bekerja di Polri. Padahal, pemberian terhadap pejabat termasuk gratifikasi. Aryanto juga aktif berbisnis dan bekerja sampingan sebagai konsultan hukum suatu perusahaan.

Adapun Zulkarnain, kata Choky, pernah tidak melaporkan harta kekayaannya ke KPK. "Padahal, posisi dia pejabat negara. Kasus Lapindo terhenti ketika dia menjabat Kajati Jatim. Ada indikasi Kejati memberi petunjuk (P19) yang sulit dipenuhi kepolisian sehingga tidak meneruskan perkara," kata Choky.

Tama S Langkun, aktivis ICW, mengatakan, apa yang terungkap dalam Pansel mengenai kedua calon itu hampir sama dengan fakta yang ditemukan oleh ICW. Ia juga sependapat dengan Pansel yang menempatkan Zulkarnain di posisi ketujuh dan Aryanto di posisi kedelapan dari delapan calon pimpinan (capim).

Aktivis TII, Dwipoto Kusumo, berharap agar Komisi III melihat pemeringkatan yang diberikan Pansel dalam proses pemilihan nanti. "Pansel telah melakukan seleksi yang sangat jelas," pungkas Dwipoto.

Komisi III akan memulai uji kepatutan dan kelayakan terhadap delapan capim KPK pada Senin (21/11/2011). Dalam satu hari, Komisi III hanya akan menguji satu calon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

    Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

    Nasional
    Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

    Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

    Nasional
    Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

    Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

    Nasional
    PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa 'Abuse of Power'

    PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa "Abuse of Power"

    Nasional
    PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

    PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

    KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

    Nasional
    Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

    Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

    Nasional
    Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

    Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

    Nasional
    Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

    Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

    Nasional
    Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

    Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

    Nasional
    Tak Dukung Anies Maju Pilkada DKI, PKS: Beliau Tokoh Nasional, Jangan Kembali Jadi Tokoh Daerah

    Tak Dukung Anies Maju Pilkada DKI, PKS: Beliau Tokoh Nasional, Jangan Kembali Jadi Tokoh Daerah

    Nasional
    Zulhas Ungkap Arahan Prabowo soal Buka Pintu Koalisi

    Zulhas Ungkap Arahan Prabowo soal Buka Pintu Koalisi

    Nasional
    Menpan-RB Minta Pemprov Kalbar Optimalkan Potensi Daerah untuk Wujudkan Birokrasi Berdampak

    Menpan-RB Minta Pemprov Kalbar Optimalkan Potensi Daerah untuk Wujudkan Birokrasi Berdampak

    Nasional
    Prabowo Mau Kasih Kejutan Jatah Menteri PAN, Zulhas: Silakan Saja, yang Hebat-hebat Banyak

    Prabowo Mau Kasih Kejutan Jatah Menteri PAN, Zulhas: Silakan Saja, yang Hebat-hebat Banyak

    Nasional
    Selain Bima Arya, PAN Dorong Desy Ratnasari untuk Maju Pilkada Jabar

    Selain Bima Arya, PAN Dorong Desy Ratnasari untuk Maju Pilkada Jabar

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com