Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pacu Adrenalin di Gua Jomblang dan Grubug

Kompas.com - 10/11/2011, 10:26 WIB
Oleh Elisabeth Murni
Kompasiana: sash
 
Menjadi bagian dari kawasan karst Pegunungan Sewu, Gunungkidul memiliki ratusan gua horizontal maupun vertikal (luweng) dengan berbagai keistimewaannya. Tak heran jika Gunungkidul menyediakan surga kegiatan eksplorasi ilmiah maupun petualangan bagi para caver, sebutan bagi para penelusur gua.
 
Dua gua yang menjanjikan tantangan dan petualangan bagi para caver adalah Jomblang dan Grubug. Cerita tentang keindahan sekaligus sejarah yang melingkupi gua tersebut membuat saya penasaran. Beruntung, Kamis lalu (22/9) kawan-kawan dari Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia dan Jomblang Resort bersedia mendampingi saya mengobati rasa penasaran.
 
Bukan seorang caver, mendadak perasaan saya tegang sekaligus penasaran campur aduk ketika tiba di bibir Gua Jomblang. Jalur yang saya lalui adalah lintasan terpendek yang dikenal sebagai jalur VIP. Lima belas meter pertama merupakan turunan terjal yang bisa dilalui dengan berjalan kaki, dilanjutkan menuruni lintasan tali kurang lebih 20 meter untuk sampai di dasar gua.
 
“Kamu percaya aja pada tali ini ya, hidupmu bergantung di sini! Musrik sesaat nggak apa-apa!” ujar seorang kawan sebelum giliran saya turun. Perlahan seluruh tubuh saya seperti melayang, turun selangkah demi selangkah. Was-was saat bergantung di tali berganti ketakjuban ketika kaki menjejak lagi di tanah. Hutan purba yang subur di dasar Gua Jomblang menyambut di depan mata mengundang decak kagum, kontras dengan tanah tandus dan pohon jati yang meranggas di atas.
 
Dari sini, kami menyusuri lorong yang gelap gulita sepanjang 300 meter menuju Gua Grubug. Perlahan, sebuah mahakarya Sang Pencipta muncul di kegelapan. Lubang Gua Grubung setinggi 90 meter menciptakan pilar cahaya yang sangat indah. Lubang itu adalah pintu masuk gua bagi para caver profesional. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya turun bergantung pada seutas tali dari ketinggian 90 meter.
 
“Rasanya waktu melambat, seperti nggak sampai-sampai,” jawab Mas Tewel yang pernah mencobanya.
 
Namun, sebuah cerita kelam yang melingkupi keindahannya tempat ini sempat menciutkan nyali saya. Menurut penuturan kawan, gua ini pernah menjadi lokasi pembantain warga yang dituduh sebagai anggota PKI. Untungnya, jejak pembantaian tersebut sudah tidak ada.
 
Selengkapnya di http://kom.ps/cPk3
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com