"Biar Anak Saya Bisa Makan Daging"

JAKARTA, KOMPAS.com — Rafilah (50) berjalan terpincang-pincang sambil membawa bungkusan plastik berisi daging kurban seberat satu kilogram. Sesekali dia meringis kesakitan sambil melihat ke arah luka lecet di bawah lututnya.

"Saya tadi jatuh saat berdesak-desakkan mengantre mendapatkan daging kurban. Ada yang mendorong saya, jatuh, ketindih-tindih. Untung tadi ditolongin oleh petugas keamanan, ada empat orang yang menolong saya tadi," kata Rafilah saat ditemui Kompas.com di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (7/11/2011).

Pagi-pagi sekali dia meninggalkan keempat anaknya dan berhadapan dengan hawa dingin yang menusuk tulang demi mendapatkan satu kilogram daging kurban yang dibagikan gratis oleh panitia kurban di Masjid Istiqlal.

"Saya janda, suami sudah enggak ada lagi, terpaksa saya pergi sendiri. Mumpung gratis, biar anak saya yang baru berumur lima tahun bisa makan daging," kata ibu empat anak ini.

Bagi Rafilah, satu kilogram daging sangatlah berharga. Sulit baginya untuk bisa membeli daging dengan uang hasil dari dia mengumpulkan botol dan gelas air minum kemasan bekas sehari-hari. Penghasilannya sehari hanya Rp 10.000, dipotong untuk biaya hidupnya dia dan empat anaknya, sangatlah mustahil baginya dan keluarga menikmati daging sebagai menu santapan.

"Rumah saya di daerah Senen, saya jalan kaki saja, enggak apa-apa pelan-pelan saja jalannya, anak saya sudah nunggu," kata Rafilah sambil melihat kakinya dan meringis kesakitan, kemudian berjalan lagi.