Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Perjalanan Soeharto yang Terlama

Kompas.com - 01/11/2011, 01:46 WIB

Sampai saat ini, baru presiden ke-2 Indonesia, Soeharto (1967-1998), yang pernah berada di luar negeri selama 25 hari dalam sekali perjalanan, yakni 19 November sampai 14 Desember 1991. Negeri yang dikunjungi adalah Meksiko, Venezuela (keduanya di benua Amerika), Zimbabwe, Tanzania, dan Senegal (ketiganya di Afrika). Persinggahan pertama perjalanan itu adalah Honolulu, Amerika Serikat. Tempat lain yang disinggahi adalah Cancun, Meksiko, dan Las Palmas (pulau kecil milik Spanyol antara Afrika dan Eropa).

Di Mexico City (ibu kota Meksiko), Harare (Zimbabwe), dan Tanzania, Soeharto melakukan kunjungan resmi. Di Senegal, Soeharto memimpin delegasi Indonesia mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Konferensi Islam. Di Caracas (Venezuela), Soeharto memimpin delegasi untuk KTT G-15 untuk Kerja Sama Selatan-Selatan ke-2.

Perjalanan ke negara-negara anggota Nonblok itu berkaitan dengan kampanye tuan rumah KTT Nonblok di Jakarta, September 1992, yang akhirnya sukses besar.

Tujuh hari sebelum berangkat, di Timor Timur terjadi insiden. Personel ABRI menembaki pengunjuk rasa di pemakaman Santa Cruz, Dili. Puluhan korban tewas dan cedera. Presiden membentuk Komisi Penyelidikan Nasional.

Dampak peristiwa itu mengejutkan Soeharto. Selama perjalanan, ia sibuk menjelaskan kepada para pemimpin negara yang dijumpainya. ”Sebenarnya kejadian itu tidak berarti apa-apa. Akan tetapi, pemberitaan di luar negeri luar biasa. Bahkan, dikaitkan dengan bantuan luar negeri untuk Indonesia. Itu tentu akan menjadi masalah di PBB,” kata Soeharto.

Kepada pemimpin negara-negara yang dijumpai, Soeharto mengatakan, di peta Indonesia, Timor Timur itu hanya kecil. ”Semua ketawa. Pulau kecil saja kok membuat mereka ngotot,” ujar Soeharto. Memperkecil peristiwa itu ternyata memperbesar masalah. Soeharto mempercepat kepulangan. Ia tiba di Jakarta 11 Desember, lebih cepat dari rencana tanggal 14 Desember. Usaha meredam pemberitaan itu sia-sia.

Indonesia di mata internasional terus memburuk sampai Presiden BJ Habibie mengatakan, ”Pokoknya mulai 1 Januari 2000 kita tidak mengenal masalah Timtim lagi... berikan kemerdekaannya.” Ini pelajaran. Jangan memperkecil masalah Papua. (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com