Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati: Perempuan Jangan Alergi Berpolitik

Kompas.com - 20/10/2011, 03:11 WIB

Malang, Kompas - Perempuan Indonesia diminta tidak alergi terhadap politik. Kaum perempuan harus berani tampil menjadi pemimpin. Perempuan harus memiliki kesempatan dan peluang yang sama dengan laki-laki.

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan hal itu saat meresmikan Gedung Megawati Soekarnoputri dan Gedung Dr (HC) Ir H Soekarno di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur, Rabu (19/10).

Rektor UIN Malang Imam Suprayogo menuturkan, pemberian nama gedung itu dimaksudkan agar segenap sivitas akademika UIN Malang dapat mempelajari dan meneladani cita-cita para tokoh nasional itu dalam perjuangannya membangun Indonesia. Sebelumnya, ada gedung di UIN Malang yang diberi nama Gedung Abdurrahman Wahid.

Megawati berharap, pemberian gedung dengan namanya itu dapat memberi dukungan moril, terutama bagi perempuan untuk menjadi pemimpin dan lebih berkiprah dalam membesarkan Indonesia. ”Mimpi saya, dalam 25 tahun ke depan atau kalau bisa lebih singkat, sudah ada lagi perempuan yang menjadi presiden Indonesia,” kata Megawati yang kini tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi presiden Indonesia.

”Mbak-mbak (sambil menunjuk mahasiswi UIN Malang) ini, jika tidak mau berpolitik, saya heran. Mahasiswa harus berpikir dengan jernih, kreatif, progresif. Kalian yang kelak akan memimpin negeri ini,” ujar Megawati kepada para mahasiswa UIN Malang.

Mahasiswa, lanjut Megawati, adalah siswa yang maha. Artinya, memiliki pandangan yang terbuka luas untuk mencengkeram dunia. ”Saya ingin pendidikan formal Indonesia tidak seperti memberi kacamata kuda hingga hanya dapat melihat secara sempit. Pendidikan formal harus mampu menciptakan manusia seutuhnya yang mandiri,” ucap Megawati.

Tokoh-tokoh generasi pertama bangsa Indonesia, lanjut Megawati, memiliki strategi untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Mereka berhasil membuat para muridnya menjadi manusia seutuhnya.

HOS Cokroaminoto, misalnya, mampu membuat muridnya memiliki berbagai pandangan atau aliran. Salah satu muridnya adalah Soekarno yang beraliran nasionalis. Ada juga muridnya yang beraliran Islam dan komunis.(NWO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com