JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia sekarang ini kian tidak mudah diprovokasi oleh ledakan bom. Gesekan antarkelompok atau agama dan kerusuhan yang diharapkan segera tersulut begitu dipicu oleh ledakan bom, ternyata terbukti tidak terjadi.
Penilaian itu disampaikan Ketua Presidum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Twedy Noviady, di Jakarta, Senin (26/9/2011). Dia memuji tanggapan masyarakat Solo yang bagus atas meledaknya bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton (GBIS Kepunton), Kota Solo, Minggu, sekitar pukul 10.55 WIB. Satu orang (yang diduga pelaku bom) tewas, dan belasan lain terluka.
Masyarakat mengecam bom yang menciderai banyak orang itu. Sejumlah orang terpaksa dirawat di rumah sakit akibat luka yang dideritanya. Namun, tidak ada tanda-tanda kelompok lain terpancing emosinya sehingga melakukan kekerasan balasan.
"Respons masyarakat Solo bagus. Begitu ada bom meledak, mereka cepat tanggap masalah, dan berusaha untuk mencari solusi bersama dan menjaga solidaritas tetap terjaga," katanya.
Menurut Twedy Noviady, cara kerja masyarakat Solo seperti itu sangat baik. "Bagi pihak-pihak tertentu yg menginginkan kerusuhan pascapeledakan bom harus gigit jari. Sebab, tak dikira, ternyata Solo tidak bisa semudah itu dijadikan seperti Ambon," katanya.
Menurut Twedy, peledakan bom di GBIS Kepunton Solo sepertinya hanya menargetkan kerusuhan. Hal ini dapat dilihat dari jenis bom rakitan berdaya ledak rendah, dengan serpihan pada korban berupa paku-paku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.