JAKARTA, KOMPAS.com - Ida Laksmiwati, istri mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Antasari Azhar, membantah buku berjudul 'Testimoni Antasari Azhar untuk Hukum dan Keadilan' dibuat untuk membangun opini publik terhadap kasus perkara pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen yang menjerat suaminya. Menurutnya, alasan peluncuran buku setebal setebal 593 itu justru agar hukum Indonesia bisa berjalan dengan baik.
"Oh tidak ada untuk mempengaruhi publik, karena dalam buku itu hanya menjelaskan penegakan hukum yang seharusnya dikerjakan, yang saat ini tidak dikerjakan. Bukan karena kasus bapak (Antasari) ya," ujar Ida sesuai menghadiri acara peluncuran buku testimoni itu di Aula Universitas Al Azhar, Jakarta, Kamis (15/9/2011).
Alasan lain, tambah Ida, Antasari juga menilai penegakan hukum di Indonesia sangat kacau. Ia mengaku, kalau suaminya tersebut sangat prihatin dengan carut marutnya penegakan hukum dan keadilan saat ini.
"Jadi (buku) ini untuk generasi yang akan datang supaya jangan berbuat seperti keadaan hukum yang sekarang berkembang di Indonesia," kata Ida.
Dalam acara peluncuran buku itu dihadiri juga oleh beberapa tokoh, di antaranya politisi DPR dari Fraksi PKS Fachri Hamzah, politisi PDI-P Permadi, dan dan politisi DPR dari Fraksi Hanura Akbar Faisal, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie.
Ida menambahkan, dalam buku yang terdiri dari 28 bab itu, berisi beberapa pemikiran yang dinaskahkan sendiri oleh Antasari. Menurutnya, proses penyusunan naskah tersebut lebih kurang memakan waktu enam bulan lamanya.
"Nulis sendiri, karena penulis (Serevas Pandur) tidak boleh masuk ke dalam. Dan naskahnya itu dari Bapak. Dan buku Ini ditujukan untuk.mahasiswa dan praktisi hukum," kata Ida.
Ditambahkan Ida, ke depan nanti, akan ada buku lanjutan mengenai keseharian suaminya. Namun, saat ditanya kapan buku tersebut akan diluncurkan, ia enggan mengungkapkannya lebih lanjut.
"Nanti, masih ada buku lagi, humor keseharian yang lain. Tapi nanti saja. Kita luncurkan buku-buku seperti ini, harapannya agar besok ada pemimpin yang tidak melakukan kesalahan yang ada. Harapannya agar Indonesia juga lebih baik," tukasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.