JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam mengungkapkan, pesan provokatif yang memicu pertikaian di Ambon bukan hanya berasal dari short message service (SMS), melainkan juga dari jejaring sosial Facebook. Komentar ataupun testimoni dari Facebook diduga turut memicu pembacanya. Oleh karena itu, polisi saat ini juga melakukan pelacakan terhadap pesan-pesan di Facebook itu.
"Ada yang melalui SMS, ada yang melalui Facebook. Komentar-komentar yang sifatnya provokatif. Kita semua lacak ya," ujar Anton di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Kamis (15/9/2011).
Sementara itu, menyangkut pesan singkat melalui telepon, kata Anton, juga tersebar di beberapa kota, salah satunya Jakarta. Hingga kini Polri masih terus melacak nomor-nomor yang mengirimkan pesan itu.
"Polri terus serius melakukan pelacakan SMS provokatif ini. Nanti kan bisa diurut dari mana saja. Siapa yang pertama kali membuat kan bisa ketahuan. Di Jakarta kan juga ada. Ada yang sama dan ada yang beda nomornya. Tapi, kita bisa tahu nanti. Mungkin nanti ada yang diperiksa," lanjutnya.
Sebelumnya diberitakan, Kabareskrim Komjen Sutarman juga menyatakan sudah mendeteksi pengirim pesan singkat provokatif terkait dengan kasus kekerasan di Ambon. Pesan singkat itu juga diikirim ke Surabaya dan Solo.
Pesan itu berisi isu bahwa tukang ojek Darfin Saimen yang tewas pada Sabtu pekan lalu bukan karena kecelakaan, melainkan dibunuh oleh kelompok tertentu. Inilah yang menyebabkan terjadi pertikaian antara dua kelompok di Ambon dan menewaskan tujuh warga sipil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.