Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menguak Tabir Bumi

Kompas.com - 15/09/2011, 11:20 WIB

KOMPAS.com- Pesona alam Indonesia antara lain terbentuk oleh sensasi aktivitas gunung api. Efek kilatan cahaya dan bola-bola api dari perut bumi terus melambung jauh ke angkasa tinggi tanpa henti dalam hitungan ratusan bahkan ribuan tahun.   

Paling tidak 127 gunung api masih aktif, dan sebagian gunung sudah tidur sebagai panorama alam di atas sabuk Cincin Api yang melilit perut Bumi Nusantara. Gunung api dalam posisi aktif maupun tidur selalu menyimpan misteri yang mengundang rasa ingin tahu tidak habis-habisnya, dan telah melahirkan berbagai mitos.  

Sebagai fenomen alam penuh misteri, gunung api dalam pengalaman manusia selalu bergerak dalam tarikan dialektika antara menakutkan (tremendum) dan menyenangkan (fascinans).

Di satu sisi, gunung api memiliki potensi bencana dan petaka, tetapi di sisi lain ia sebagai pembawa kesuburan dan pesona keindahan.  Ketegangan antara rasa takut dan menyenangkan merupakan sebuah kompleksitas hidup unik bagi kehidupan warga masyarakat di lereng dan lembah gunung api.

Sekalipun sudah akrab dengan bencana dan kesuburan, gunung api, yang berpijak pada lempeng benua dengan kaki terikat oleh Cincin Api,  tetaplah menjadi misteri. Namun demikian, berdasarkan hasil survei harian ini di daerah yang terkena bencana, hampir separuh masyarakat tidak menyadari bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana.  

Sebagai upaya menyingkapkan sebagian misteri itu, Kompas melakukan "Ekspedisi Cincin Api." Program itu   sudah lama direncanakan (tiga tahun yang lalu) sebagai bagian dari agenda untuk menumbuhkan dan memperkuat kesadaran, pemahaman, dan penghayatan tentang Tanah Air.  

Ekspedisi ini seperti berbagai ekspedisi Kompas sebelumnya, tidak dalam pengertian melintas alam, tetapi  merupakan sebuah eksplorasi gunung api dan lempeng benua dengan mengacu pada realitas lapangan, kajian ilmu pengetahuan, dokumen sejarah, dan mitos yang berkembang di masyarakat gunung.  

Sudah pasti pula, eksplorasi "Ekspedisi Cincin Api" yang berlangsung setahun tidak mencakup seluruh gunung api di Nusantara, tetapi meliputi sejumlah gunung pilihan yang telah mengguncang dan mengubah dunia!  

Publikasi hasil ekspedisi untuk menguak Cincin Api, yang dimotori tim wartawan muda dengan dukungan para wartawan senior dan sejumlah ilmuwan, tidak hanya dimuat di Kompas cetak, tetapi juga akan memberikan efek publikasi  berlipat-lipat oleh penggunaan  multimedia, online dan televisi. 

Karena niatan untuk melakukan ekspedisi yang publikasinya dari berbagai platform itulah, maka ekspedisi yang sudah  lama direncanakan baru bisa terealisasikan tahun ini. Pada akhirnya, hasil ekspedisi ini akan dibukukan guna menambahkan referensi kegunungapian yang selama ini lebih banyaj didominasi para ahli asing.  

Sedang guna memberikan informasi yang lebih mendunia -seiring dengan daya tarik peneliti internasional soal cincin api (ring of fire)- edisi khusus  Tambora Menggoncang Dunia yang hadir pada Sabtu, 16 September 2011—juga bisa dibaca dalam Ipad dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Bagi Kompas, Ekspedisi Cincin Api adalah ekspedisi ke-12 yang sudah pernah dan sedang dilakukan. Sebelumnya, Kompas menggelar Ekspedisi Lintas Barito-Mahakan (2005), Lintas Timur Barat (2005), Ekspedisi Bengawan Solo (2007), Ekspedisi Tanah Papua (2007), Ekspedisi Anjer-Panaroekan (2008), Ekspedisi Ciliwung (2009), Ekspedisi Jelajah Kalimantan (2009), Ekspedisi Susur Selatan (2009), Ekspedisi  Jejak Peradaban NTT (2010), Ekspedisi Musi (2010), Ekspedisi Citarum (2011).

Ekspedisi Cincin Api untuk mememetakan potensi bencana, menggali kearifan lokal, menggali cerita rakyat dimaksudkan juga untuk mengetahui sejauh mana kesadaran kita akan bencana, kesadaran kita akan penyusunan tata ruang, apakah sudah sesuai dengan daerah wilayah bencana. Gunung berapi memang sebuah ironi. Letusannya  mematikan tetapi juga menghidupi! (Rikard Bagun/Budiman Tanuredjo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pesan Terakhir Pria yang Ditemukan Tewas di Kontrakan Depok, Minta Jasadnya Dikremasi

    Pesan Terakhir Pria yang Ditemukan Tewas di Kontrakan Depok, Minta Jasadnya Dikremasi

    Nasional
    Profil Mooryati Soedibyo: Mantan Wakil Ketua MPR dan Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

    Profil Mooryati Soedibyo: Mantan Wakil Ketua MPR dan Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

    Nasional
    Pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo, Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

    Pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo, Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

    Nasional
    Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

    Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

    Nasional
    Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

    Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

    Nasional
    MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

    MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

    Nasional
    Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

    Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

    Nasional
    Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

    Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

    Nasional
    Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

    Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

    Nasional
    Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

    Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | 'Dissenting Opinion' Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

    [POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | "Dissenting Opinion" Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

    Nasional
    Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

    Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

    Nasional
    Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

    Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

    Nasional
    Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

    Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com