Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nihil Kerusuhan Agama di Indonesia

Kompas.com - 15/09/2011, 03:09 WIB

Sementara itu, aparat kepolisian juga perlu berlaku adil dan tidak semena-mena saat melakukan pengamanan, agar tidak memicu munculnya kebencian masyarakat yang justru akan menjadi penyebab terjadinya kerusuhan baru.

"Tidak hanya melakukan pengamanan dengan baik. Polisi juga harus secepatnya memberlakukan proses hukum yang adil, apabila hasil analisa kerusuhan itu memang ada pihak yang patut dipersalahkan. Berikan masyarakat kepuasan," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj (13/9).

Peran media massa juga tidak kalah penting untuk tidak "memanaskan" situasi dengan pilihan narasumber dan bahasa tulis yang provokatif, sebab bahasa yang digunakan dan narasumber yang dipilih media massa akan dapat mempengaruhi masyarakat setempat.

Namun, peran tokoh lintas agama, aparat kepolisian, dan media massa dari kalangan eksternal untuk mengurangi provokasi dari luar itu juga menuntut peran kalangan internal yang sangat penting untuk mendorong tumbuhnya perdamaian di masyarakat yakni kelompok menengah di tengah masyarakat itu sendiri.

"Biarkan masyarakat Ambon, tokoh masyarakatnya dengan tatanan adat, dan struktur pemerintahannya menyelesaikan persoalan itu sendiri," kata sosiolog dari Universitas Indonesia, Tamrin Amal Tamagola, di Kantor Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Jakarta (12/9).

Pentingnya peran kelompok menengah di tengah masyarakat untuk menyelesaikan persoalannya sendiri itu juga dibenarkan budayawan dan kolomnis Goenawan Mohammad (GM) dalam orasi kebudayaan pada "FIB Lecture Series" di Unair Surabaya (12/9).

Salah seorang pendiri MBM Tempo itu menilai masyarakat Indonesia yang majemuk membutuhkan bahasa dialog dan bukan bahasa kekerasan dalam menyikapi perbedaan yang ada, karena itu bahasa dialog harus digencarkan terus menerus.

"Indonesia sekarang begitu multikultural akibat tiga faktor yakni urbanisasi, masuknya pengaruh Timur Tengah, dan kembalinya militansi pada semua agama," katanya di hadapan mahasiswa dan dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) serta seniman dan pegiat LSM.

Ia menjelaskan urbanisasi membuat orang desa menyerap nilai-nilai kota, sehingga mudah terjadi ketegangan akibat perubahan itu.

Selain itu, faktor masuknya pengaruh Timteng seperti ditunjukkan dengan hadirnya Front Pembela Islam (FPI) juga menimbulkan ketegangan akibat perubahan yang berhadapan dengan nilai-nilai lokal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com