Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terasering Hijaukan Lingkungan

Kompas.com - 14/09/2011, 04:23 WIB

Oleh Defri Werdiono

Seperempat abad silam, daerah sekitar Desa Mangkauk, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, meranggas. Yang tersisa hanya semak belukar akibat pepohonan habis dibabat untuk ladang berpindah. Atas inisiatif Madroji yang memelopori pertanian lahan tetap dengan sistem terasering dan melakukan penghijauan, alam yang sebelumnya kritis berubah teduh dan hijau. 

Pepohonan besar, seperti sengon, angsana, mahoni, ketapang, jabon, karet, dan jati, kini menghiasi daerah itu. Di sekitar tempat tinggal Madroji (53), misalnya, terdapat pohon-pohon jati berumur enam tahun yang ditanam rapi berjajar ataupun pepohonan karet yang telah sekian kali disadap dan memberikan keuntungan bagi pemiliknya.

Sebuah bukit berjarak sekitar 2 kilometer yang dulu gundul, saat ini juga telah menghijau kembali. Bahkan, mata air di dalamnya bertambah dari sebelumnya hanya tiga buah menjadi 27 buah setelah dilakukan penggalian. Air dari bukit kemudian disalurkan ke perumahan warga menggunakan pipa paralon kecil. Sekarang air baru dinikmati 50-an rumah tangga. Rencananya, saluran pipa akan diperbanyak, tetapi masih terkendala keterbatasan biaya.

Rumah Madroji sendiri tidak berbeda jauh dengan rumah warga lain, terbuat dari kayu dan berbentuk panggung. Di belakang rumah terdapat lahan pembibitan sekitar 1,5 hektar lengkap dengan media pembuatan pupuk organik. Di sebelah tempat pembibitan terdapat bangunan kecil yang dimanfaatkan sebagai Sekretariat Kelompok Tani Alam Subur yang berdiri sejak 1990.

Di sisi sekretariat kelompok tani terdapat kandang ternak kecil yang dilengkapi peralatan pembuatan biogas bantuan dari badan lingkungan hidup (BLH) setempat. Perangkat yang dipasang beberapa pekan lalu itu sudah dinikmati untuk memasak.

Perlu usaha keras

Menurut Madroji, diperlukan usaha keras untuk bisa seperti sekarang. Sebelum 1990, bapak sembilan anak (salah satunya meninggal) ini masih berprofesi sebagai petani biasa yang bercocok tanam dengan cara ladang berpindah. Ketika suatu lahan tidak bisa ditanami akibat kesuburannya berkurang, petani akan berpindah ke lahan lain. Begitu seterusnya.

Jenuh dengan kondisi itu, ia kemudian berinisiatif menetap di salah satu lahan, seperti yang sudah dilakukan beberapa orang lain. Karena daerah Mangkauk, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, merupakan wilayah pegunungan, lahan baru yang dibeli Madroji pun memiliki kontur tidak rata dan miring.

Tidak mudah menaklukkan tanah yang permukaannya seperti itu. Apalagi ada keinginan agar kondisi lahan tetap subur dan terbebas dari erosi. Akhirnya, pria lulusan sekolah dasar ini pun memutuskan membuat terasering pada lahan. Keberadaan terasering inilah yang kemudian membedakan cara bertani Madroji dengan petani lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com