Kornelis Kewa Ama
Buah asam itu mereka jual dalam bentuk gumpalan daging buah. Adapun biji asam yang ditinggalkan disisakan untuk cadangan pangan mereka.
Sekitar 5 kilogram (kg) daging buah asam dikumpulkan oleh tiga anak Yane Mone selama tiga pekan terakhir dari hutan-hutan di sekitar Desa Oeikiu. Mereka adalah Anton Nabu Mone (12), Mery Nabu (9), dan Moses Nabu Mone (8).
Biasanya mereka berangkat ke hutan untuk mencari buah asam seusai pelajaran sekolah. Namun, hari itu adalah libur Idul Fitri sehingga mereka pergi ke hutan pada pagi hari.
Ketika ditemui di kediaman mereka di Desa Oeikiu, Rabu (31/8) pukul 15.30, ketiga bocah itu baru kembali dari hutan. Mereka kelaparan karena sejak pagi belum sarapan. Sambil duduk bersila di tanah beralaskan tikar lontar, mereka dengan lahap memakan nasi dan sayur sawi rebus yang disiapkan Yane.
Namun, ketiga bocah ini mendadak malu saat Kompas menghampiri. Nasi (beras) itu dibeli Yane Mone tiga hari lalu di pasar tradisional Batu Putih, 25 kilometer (km) dari Oeikiu. Ia membeli beras 3 kg seharga Rp 22.500 dan sayur sawi tiga ikat dengan harga Rp 5.000.
Beras dan sayur itu biasanya dihabiskan mereka dalam 3-4 hari. ”Nasi sayur ini saya prioritaskan untuk anak-anak. Kalau ada sisa, saya makan. Kalau tidak, saya makan biji asam. Kadang anak-anak juga makan biji asam. Hanya saya kasihan sama mereka,” ujarnya.
Jumlah penduduk yang terancam kelaparan di Kabupaten Timor Tengah Selatan tersebar di 150 desa, di 32 kecamatan, meliputi 179.900 jiwa. Kini mereka mengonsumsi biji asam dan putak, semacam sagu dengan bahan dari pohon gewang.
Selain di kabupaten Timor Tengah Selatan yang terletak di Pulau Timor, ribuan penduduk di Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Ngada, dan di Desa Waekokal, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo—tiga daerah terakhir berada di Pulau Flores—juga menderita kelaparan.