Jakarta, Kompas
Pembuatan prototipe pesawat berkapasitas 19 orang ini akan dilaksanakan tahun 2012 di bawah koordinasi Kementerian Perindustrian (Kemperin), tetapi tetap melibatkan lembaga riset terkait.
Hal ini disampaikan Hari Purwanto, Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi Bidang Pertahanan dan Keamanan, Kamis (18/8), di Jakarta.
Dalam Ritech Expo 2011 di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, pekan lalu,
Pembuatan prototipe N-219 yang sesungguhnya akan dilaksanakan PT Dirgantara Indonesia selama dua tahun. ”Dalam dua tahun, akan dialokasikan dana Rp 300 miliar untuk pembuatan dua prototipe,” ujar Hari.
Kementerian Riset dan Teknologi dalam program N-219 hanya sebatas mengoordinasi pengembangan desain dan model. Adapun untuk tahap pembuatan prototipe dan produksi diserahkan kepada Kemperin.
Dalam program pembuatan N-219 selanjutnya, kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bambang Sumantri Tejasukmana, pihaknya akan terlibat dalam pengujian dan pengembangan desain. Hal ini terkait dengan adanya Divisi Penerbangan yang baru terbentuk di Lapan. ”Pengujian aerodinamika model N-219 akan dilakukan di terowongan angin yang dimiliki Lapan,” ujarnya.
Pesawat N-219, seperti generasi terdahulu, dirancang untuk beroperasi di wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau kecil. Untuk mendarat hanya tersedia landasan yang pendek. Karena itu diperlukan pesawat komuter berukuran kecil.
Selama ini untuk memenuhi kebutuhan, PT Dirgantara Indonesia, dulu PT Nurtanio, telah memproduksi CN-212, CN-235, dan membuat prototipe N-250 yang tidak berlanjut karena krisis moneter tahun 1998.