Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisi Etik KPK Harus Diprioritaskan

Kompas.com - 13/08/2011, 13:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Setibanya mantan Bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin di Jakarta, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus langsung mengamankan Nazaruddin menjadi tahanannya.

Pada saat yang sama, Komisi Etik KPK diharapkan juga mendapat kesempatan pertama untuk ikut memeriksa Nazaruddin. Tujuannya agar informasi yang diperoleh Komisi Etik KPK benar-benar memiliki kualitas hukum yang memadai.

Pasalnya, dikhawatirkan sudah ada pihak-pihak yang mencoba mengondisikan fakta dan cerita yang sebenarnya dari apa yang selama ini sudah diketahui publik tentang dugaan keterlibatan sejumlah elite partai, dan bukan hanya terfokus pada Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan kelompoknya.

Demikian diungkapkan anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo, kepada Kompas, Sabtu (13/8/2011) siang ini.

"Jangan sampai Komisi Etik dinomorduakan, apalagi sama sekali tidak boleh memeriksa Nazaruddin. Pengungkapan kasus Nazaruddin harus dilakukan secara terbuka dan transparan. Sebab, publik sudah telanjur mengetahui jalannya kasus ini secara gamblang. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi hanya demi menyelamatkan pihak-pihak tertentu," pinta Bambang Soesatyo lagi.

Menurut dia, apa yang disampaikannya itu juga sudah diungkapkan dalam diskusi di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis lalu. Dalam diskusinya itu, Bambang mengaku, tertangkapnya Nazaruddin jelas membuat panas dingin sejumlah pihak yang namanya sempat disebut tersangka kasus korupsi wisma atlet ini.

"Pihak-pihak tersebut pasti tak akan tinggal diam. Suka atau tidak suka, kerusakan yang Nazaruddin perbuat lewat tudingannya selama pelariannya sangat luar biasa bagi partai tertentu dan beberapa elitenya. Akibatnya, mau tidak mau, pasti ada pihak yang menginginkan Nazaruddin memperbaiki atau paling tidak memperkecil kerusakan politik yang terjadi itu," kata Bambang. Bencana atau berkah? Ia mengalkulasi, kembalinya Nazaruddin menimbulkan dua implikasi yang bertolak belakang: menjadi bencana atau berkah. Jadi, bencana, karena ia memegang sejumlah "kartu truf" yang bisa mengancam posisi elite partai.

"Kalau Nazaruddin memainkan 'kartu truf' tersebut, jelas akan kembali menimbulkan tsunami politik bagi partai yang pernah membesarkannya itu. Bukan tak mungkin, keterlibatan sejumlah elite partai yang disebutkan selama pelariannya, akan dibongkar secara gamblang," katanya.

Sebaliknya, kembalinya Nazaruddin bisa menjadi berkah jika kemudian nyanyian Nazaruddin berubah menjadi sumbang. "Tujuannya untuk melindungi pihak-pihak tertentu yang selama ini dituding Nazaruddin. Keberhasilan membawa pulang Nazaruddin ke Tanah Air, tentunya akan digunakan oleh untuk menaikkan citra yang kini tengah terpuruk," papar Bambang lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

    Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

    Nasional
    Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

    Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

    Nasional
    Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

    Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

    Nasional
    PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

    PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

    Nasional
    Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

    Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

    Nasional
    BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

    BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

    Nasional
    Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

    Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

    Nasional
    Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

    Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

    Nasional
    Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

    Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

    Nasional
    Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

    Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

    Nasional
    KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    Nasional
    Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

    Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

    Nasional
    Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

    Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

    Nasional
    Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

    Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

    Nasional
    Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

    Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com