JAKARTA, KOMPAS.com — Kehadiran para intelektual dan akademisi sekelas Rahman Tolleng, Rocky Gerung, Arbi Sanit, dan Todung Mulya Lubis lewat Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) merupakan eksperimentasi politik yang menarik. Para intelektual itu semestinya bisa membebaskan partai politik baru itu dari tradisi usang dalam sistem kepartaian di Indonesia.
Koordinator Nasional Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang dalam perbincangan pada Kamis (4/8/2011) menyebutkan, parpol di Indonesia kebanyakan dilahirkan untuk kepentingan jangka pendek, yaitu begitu lahir, bernafsu ikut pemilu, dan sesudahnya melupakan fungsi yang semestinya dikerjakan parpol.
Karenanya, dengan dukungan para intelektual dan akademisi yang selama ini meramaikan wacana pemkiran di Indonesia, kehadiran Partai SRI yang bakal mengusung bekas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebagai calon presiden pada Pemilu 2014 semestinya bisa memberikan warna baru dalam perpolitikan Indonesia. Namun, kehadiran para intelektual dan akademisi memperkuat Partai SRI mesti diuji seiring perjalanan waktu.
"Mau sekadar mengantarkan Sri Mulyani atau lebih besar dari itu, membangun bangsa untuk jangka panjang secara berkesinambungan," kata Sebastian.
Kalau tidak ternyata tak kuasa membebaskan diri dari tradisi lama yang telanjur membelit parpol yang sudah ada, Partai SRI dapat dikatakan tak bisa menawarkan kebaruan. Artinya, Partai SRI pun hanya sekadar parpol yang baru (lahir), tetapi bergaya lama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.